Menurut Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Piter Abdullah, untuk bisa merajai pasar dompet digital dibutuhkan dana yang besar. Sebab istilah bakar duit seakan wajib dilakukan bagi perusahaan dompet digital.
"Namanya bakar uang, nggak pakai hitung berapa. Yang jelas (dibutuhkan) sangat banyak," ujarnya kepada detikFinance, Selasa (2/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LinkAja yang lahir dari 'rahim' para BUMN juga tidak mudah begitu saja membuka peluang masuknya investor besar. Jadi sulit bagi LinkAja untuk mendapatkan amunisi yang banyak untuk menyaingi OVO dan GoPay.
"LinkAja kalaupun jadi terbuka masih akan tetap sulit. Ketentuan BUMN membuat semuanya tidak mudah," tambahnya.
Dengan kendala itu, menurut Piter, LinkAja tidak perlu memaksakan diri menyaingi OVO dan GoPay. Cukup posisikan diri di industri ini sebagai pelengkap dan pesaing para raksasa dompet digital itu.
"Saya kira LinkAja tetap kita butuhkan melengkapi GoPay dan OVO. LinkAja punya pasarnya sendiri. LinkAja tidak perlu kita paksa untuk bersaing apalagi memenangkan persaingan dengan GoPay dan OVO. LinkAja exist itu sudah bagus," tutupnya.
Meskipun, Piter menegaskan hal itu bukan dalam artian negatif. LinkAja harus menyiapkan strategi untuk menggarap pasar di luar yang dikuasai OVO dan GoPay.
"Linkaja bisa memainkan strategi yang tidak terlalu agresif dengan memanfaatkan captive market yang sudah mereka punya. Masyarakat yang harus paham dan tidak kemudian berekspektasi atau mengharuskan LinkAja menjadi market leader," tutupnya.
Baca juga: Mimpi LinkAja Saingi GoPay dan Ovo |
(das/fdl)