Jakarta -
Proyek jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 3A Simpang Yasmin-Simpang Semplak arah menuju Parung tepatnya di Pier 109 di depan Perumahan Taman Sari Persada Kota Bogor mengalami kecelakaan konstruksi. Itu terjadi pada Rabu 10 Juli.
Saat proses pengecoran beton berjalan, balok penyangga (formwork/cetakan pier head) tidak kuat sehingga melengkung dan mengakibatkan cor beton tumpah ke jalan arteri di bawahnya.
Lantas akibat kejadian itu, bagaimana nasib proyek tersebut? apa gara-gara dikebut? bagaimana langkah pemerintah?
detikFinance mengulas selengkapnya pada berita berikut.
Proyek Jalan Tol BORR Seksi 3A dihentikan sementara hingga waktu yang belum ditentukan. Dirut PT Marga Sarana Jabar Hendro Atmojo menjelaskan, proyek dihentikan sementara guna dilakukan evaluasi terhadap kecelakaan tersebut.
"Kami sudah perintahkan untuk menghentikan seluruh kegiatan proyek dari hari ini," kata dia melalui rekaman yang diterima detikFinance, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Dia menjelaskan proyek baru bisa dilanjutkan jika sudah mendapatkan lampu hijau dari Komite Keselamatan Konstruksi (KKK). Saat ini pihak KKK dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pun sudah memerintahkan tim untuk mengecek ke lapangan.
"Sampai nanti ada clearance (izin) dari Komite Keselamatan Konstruksi untuk selanjutnya nanti bisa dilanjutkan atau tidak, atau ada perbaikan-perbaikan evaluasi terhadap perlengkapan proyek maupun metode pelaksanaannya," jelasnya.
Pihaknya mengevaluasi metode pelaksanaan proyek secara menyeluruh bersama kontraktor PT PP (Persero) Tbk dan Konsultan PT Indec KSO agar kejadian yang sama tidak terjadi di waktu mendatang.
Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (Gapensi) menilai ada kesan terburu-buru dalam pengerjaan proyek tersebut sehingga mengalami kecelakaan konstruksi pada hari ini.
Sekretaris Jenderal Badan Pengurus Gapensi Andi Rukman menilai, jika pembangunan proyek dikebut bakal menyebabkan kecelakaan pada proyek lantaran terjadi kelalaian dalam prosesnya.
"Artinya pertama, selain mengejar target tapi lagi-lagi mengedepankan keselamatan kerja dan kualitas. Jadi tujuannya ingin percepatan, tapi pertama harus menjaga kualitas dan keselamatan kerja, tidak boleh dilalaikan," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
"Sering kita minta jangan terlalu mengejar target untuk percepatan tapi melalaikan keselamatan kerja," lanjutnya.
Menurut dia kejadian tersebut memang karena kelalaian manusianya yang menggarap proyek tersebut. Dia menilai ada prosedur yang tidak dipenuhi.
"Jadi lagi-lagi ini kejadian pada human error, kelalaian. Jadi kenapa pentingnya konsultan itu harus hadir sebelum mulai pekerjaan, itu pelaksanaan untuk mengecek persiapan-persiapan itu," jelasnya.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR memberi peringatan kepada kontraktor imbas kecelakaan konstruksi tersebut. BPJT meminta pengawasan ditingkatkan.
Kepala BPJT Danang Parikesit meminta kontraktor maupun badan usaha jalan tol (BUJT) untuk berpedoman pada ketentuan yang ada, misalnya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) guna menghindari kecelakaan kerja maupun konstruksi.
Danang mengatakan, dirinya bersama beberapa anggota BPJT telah berada di lokasi untuk memberi instruksi terkait dampak yang diakibatkan imbas kecelakaan konstruksi tersebut.
Pihaknya juga memerintahkan seluruh BUJT dan kontraktor pelaksana untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
BPJT, lanjut dia akan lebih mengaktifkan konsultan Pengendali Mutu Independen (PMI) demi memastikan kepatuhan badan usaha dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
"Pengawasan internal dari BUJT pada kontraktor pelaksana juga harus terus dilakukan secara lebih ketat dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi jalan tol guna menghindari berulangnya kejadian yang serupa," tambahnya.
Progres pembangunan jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 3A Simpang Yasmin-Simpang Semplak hingga saat ini baru 35,517%. Proyek tersebut kini dihentikan sementara akibat kecelakaan konstruksi. Lantas apakah target selesainya tol tersebut bakal molor?
Berdasarkan data dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), pembangunan tol yang sudah dimulai sejak 21 Desember 2018 itu ditargetkan kelar dalam waktu satu tahun, alias akan rampung pada 21 Desember 2019.
Meski saat ini proyek dihentikan sementara, Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan, pihaknya selaku operator berharap itu tidak mengganggu target yang telah direncanakan.
"Kami harapkan tidak (mengganggu). Kami berharap clearance (izin) dari KKJTJ (Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan) dapat segera kita peroleh mengingat ini merupakan proyek strategis nasional," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Rabu (10/7/2019).
Saat ini telah diterjunkan tim Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan untuk meninjau dan membahas secara langsung ke lokasi proyek. Dari hasil di lapangan akan diputuskan kapan proyek bisa kembali dilanjutkan.
Sejauh ini belum ada kepastian kapan proyek bisa dilanjutkan. Namun pihaknya berharap proyek tersebut bisa tetap selesai di tahun ini.
Halaman Selanjutnya
Halaman
Simak Video "Video: Tol Jakarta-Tangerang Terendam Banjir Imbas Luapan Kali Sabi"
[Gambas:Video 20detik]