Menggunakan angkutan umum adalah salah satu kontribusi masyarakat untuk membantu mengurangi polusi di Jakarta. Kira-kira lebih irit mana naik kendaraan pribadi atau angkutan umum ya?
Perencana keuangan Andy Nugroho menjelaskan dalam setiap perjalanan ke tempat kerja juga harus dilakukan perhitungan. Hal ini untuk mengetahui berapa banyak biaya yang dibutuhkan setiap bulannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia memberikan simulasi naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi dengan kasus rumah di Depok dan bekerja di kawasan Sudirman.
Andy menjelaskan misalnya si A kredit motor pribadi dengan uang muka Rp 1 juta dan cicilan Rp 1 juta setiap bulan selama 23 bulan.
"Kalau motor harus diisi bensin juga dong, kira-kira Rp 200 ribu, lalu parkir juga Rp 200 ribu. Berarti total sebulan keluar Rp 1,4 juta. Itu di luar biaya cuci motor, maintenance, penyusutan harga kendaraan dan tenaga," kata Andy saat dihubungi detikFinance, pekan lalu.
Kemudian dia mencontohkan, jika naik ojek online dari Depok Town Square (Detos) ke Chase Plaza di Sudirman saat rush hour kira-kira tarifnya Rp 57.000 x 2 PP x 22 hari kerja. Totalnya sudah Rp 2,5 juta tapi sudah all in dan penumpang tinggal duduk manis.
"Bila mau lebih irit dan cepat bisa pilih naik KRL dari stasiun dekat Detos Pondok Cina Rp 3.000 lalu turun di stasiun Sudirman naik lagi bus transjakarta Rp 3.500. Ini artinya PP sekitar Rp 15.000 dikalikan 22 hari totalnya Rp 330.000. Di sekitar Sudirman juga ada bus gratis berkode GR, kalau naik bus ini berarti sehari hanya Rp 7.000 kan lebih murah sebulan hanya keluar Rp 154.000," imbuh dia.
Andy mengungkapkan, memang angka ini tidak bisa disamaratakan dengan semua masyarakat. Karena tidak semuanya tinggal di dekat stasiun dan memiliki akses kendaraan umum yang baik.
Polusi Jakarta makin parah, kualitas udaranya pun semakin buruk. Yuk, bantu kurangi polusi Jakarta dengan naik angkutan umum. Lagian kan lebih #enakdisopirin daripada nyetir sendiri.
(kil/dna)