"Kami ingin menjadi perusahaan engineering, procurement and construction (EPC) dan investasi terdepan yang berfokus pada kualitas sehingga semua pengerjaan harus dimulai dengan proses perencanaan yang baik dan terukur," jelas Tumiyana dalam keterangannya, Rabu (31/7/2019).
Kinerja ini tak lepas dari efisiensi yang dilakukan perusahaan. WIKA selama ini, lanjut Tumiyana telah memanfaatkan Building Information Modelling dengan optimal untuk merumuskan bentuk desain, model, visualisasi dan simulasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, segala risiko, termasuk diantaranya yang menyebabkan biaya pengerjaan menjadi lebih besar pada saat proses konstruksi bisa lebih diminimalisir.
Selain itu, dapat disampaikan juga bahwa penerapan strategi backward-forward terintegrasi yang dilakukan WIKA pada 7 portofolio bisnisnya, mampu meningkatkan supply chain, efisiensi biaya produksi, dan mendorong perkembangan bisnis yang berkelanjutan (Investasi) sehingga meningkatkan laba perusahaan.
Tumiyana menyampaikan keyakinannya bahwa WIKA akan terus meningkatkan kapasitasnya dengan mengerjakan proyek-proyek baru berskala besar karena masih memiliki cukup ruang untuk meningkatkan kekuatan permodalan.
"Saat ini, net gearing ratio dan gross gearing ratio perusahaan masing-asing tercatat masih di angka 0,74 dan 1,05. Kinerja positif perusahaan di semester I Tahun 2019, turut tercermin dari raihan kontrak baru perusahaan yang mencapai Rp 15,23 Triliun," tandas dia.
(dna/zlf)