Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan rapat terbatas (ratas) mengenai antisipasi langkah China mendevaluasi yuan lantaran kekhawatiran terhadap perang mata uang.
Pasalnya, yuan dibiarkan melemah cukup signifikan terhadap dolar AS. Kali pertama dalam satu dekade terakhir, mata uang China berada di titik terendahnya di 7 yuan per dolar AS.
"Tadi sudah disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Menko Perekonomian, mengenai sejarah pergerakan nilai tukar yuan dan bagaimana perkembangan terkait di mana mereka menembus 7 per dolar AS (cek). Apakah itu dianggap sebagai awal dari suatu terjadinya persaingan dari sisi currency," kata Sri Mulyani di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (13/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Usai Pemilu, Peso Argentina Terpuruk 15% |
"Sehingga untuk ekonomi Indonesia kita memahami bagaimana implikasi dan risiko," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, juga menyampaikan seluruh dinamika global yang memberikan risiko pada perekonomian tanah air. Seperti kebijakan The Federal Reserve (The Fed) hingga persoalan ekonomi di negara-negara seperti Argentina, Brasil, Meksiko, sampai Hong Kong.
"Dengan melihat itu semua, kita membahas bagaimana respons yang terbaik bagi Indonesia," ungkapnya.
Adapun, beberapa strategi yang disiapkan pemerintah untuk mengantisipasi risiko tersebut adalah dengan mendongkrak kinerja investasi dan tetap menjaga tren pertumbuhan ekonomi nasional di level 5%.
"Oleh karena itu, maka investasi yang terutama berasal dan bisa menimbulkan capital inflow, itu harus menjadi tugas yang paling penting," tutup dia.
Baca juga: Pelemahan Yuan Tak Ganggu Ekspor RI |
(hek/fdl)