Namun, kenyataan terbalik di kios-kios penjaja pernak-pernik 17-an di Pasar Senen. Meski beberapa hari ini pernak-pernik merah putih mulai terpasang di mana-mana, para pedagang malah mengeluh penjualannya turun.
Seperti di Toko Jussam, Laila penjaga tokonya mengatakan bahwa kini pernak-pernik turun permintaannya hingga 50%. Hal tersebut juga diakuinya baru terjadi di tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, pendapatan dari pesanan pernak pernik 17-an yang memang musiman turun dari tahun lalu. Kalau dulu dari pernak-pernik saja, pihaknya bisa mendulang cuan hingga Rp 10-12 juta dalam sekali event 17 Agustusan.
"Sekarang paling mentok Rp 5-6 jutaan doang kayaknya, malah kalau cuma bendera doang dapat Rp 2,5 juta doang kali," ucap Laila.
Hal yang sama diungkapkan Riski pemilik Toko Riski Sheraton, diakuinya dagangan pernak-pernik memang turun. Belum pernah dalam beberapa tahun terakhir kata Riski, penjualan pernak-pernik seburuk ini.
"Memang turun banyak tahun ini baru kali ini begini, tahun lalu tanggal segini jam-jam segini lagi sibuk saya layanin orang beli, sekarang nongkrong doang ngopi-ngopi," ucap Riski.
Ketika ditanya apa kira-kira alasan penurunan permintaan pernak-pernik jawaban beragam keluar dari mulut pedagang. Ada yang menyalahkan pernak-pernik yang dijual online, hingga mengaku belum rezeki.
"Online-online pengaruh ya, lumayan kayaknya, dia saing-saingan sama kita harganya. Tapi kan kalau dia beli barang nggak bisa tau kualitasnya kayak apa," kata Laila.
"Sama mungkin orang-orang masih punya bendera masih pada bagus, terus bisa juga mereka beli bahan sendiri bikin sendiri biar murah," lanjutnya.
Kalau menurut Riski ini cuma masalah rezeki saja yang belum muncul. Mungkin, menurutnya banyak kantor yang belum memasang pernak-pernik.
"Belum rezeki aja, mungkin kantor banyak yang belum pasang, bisa aja besok tahu-tahu banyak ke sini. Kalau online, kita juga ada online, balik lagi lab rezeki-rezekian," pungkas Riski.
(dna/dna)