Dalam sambutannya, Kasdi menyatakan pihaknya telah melakukan pembinaan kepada petani dari sisi hulu untuk peningkatan produksi dan produktivitas pala yang siap diekspor. Pihaknya juga melakukan pembinaan kepada para pelaku usaha dalam memperluas akses pasar pala, khususnya Eropa.
"Keberhasilan pencapaian peningkatan produksi dan produktivitas harus dibarengi pula dengan kesiapan dukungan dan penguatan di subsistem hilir, terutama dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing sehingga berbagai produk perkebunan segar dan olahan mampu menguasai pasar domestik dan memiliki keunggulan untuk menembus pasar internasional," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (16/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan produksi pala pada 2018 mencapai 36.242 ton. Daerah penghasil pala, antara lain Maluku Utara dengan produksi 8.325 ton, Aceh 6.273 ton, Maluku 5.774 ton, Papua Barat 5.675 ton, Sulawesi Utara 5.201 ton, Jawa Barat 1.319 ton, dan dan Sumatera Barat 1.015 ton. Pada 2018, Indonesia mengekspor 20.202 ton pala senilai US$ 111,69 juta.
PT Alam Sari Interbuana merupakan salah satu mitra binaan Direktorat Jenderal Perkebunan yang bergerak di bidang pembinaan dan trading komoditas rempah Indonesia, khususnya pala ke pasar internasional. Perusahaan mengekspor 13 ton pala ke Belanda melalui Pelabuhan Tanjung Priok menuju Pelabuhan Rotterdam, Belanda.
"Ke depan, kami berharap para pelaku usaha lainnya dapat bersinergi dengan pemerintah untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi produk unggulan lokal dari masing-masing daerah dengan berbagai komoditas dan produk yang spesifik dan memiliki kekhasan. Selain itu dapat mengembangkan potensi pasar dan akses nya ke beberapa negara yang memiliki minat dan membutuhkan komoditas perkebunan yang pada akhirnya diharapkan dapat membuka berbagai peluang investasi komoditas perkebunan di pasar domestik maupun internasional," katanya.
(fdl/fdl)