Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, yang hadir dalam acara tersebut mengatakan negara-negara di Afrika sangat tertarik kerja sama dengan pengusaha-pengusaha Indonesia.
Bahkan, kata Luhut, dia sampai kaget melihat antusiasme pengusaha Afrika yang begitu besar terhadap Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut optimistis sejumlah perusahaan Indonesia, baik BUMN maupun swasta bisa menggarap berbagai proyek di negara-negara Afrika dengan nilai mencapai US$ 800 juta atau Rp 11,2 triliun (kurs Rp 14.000) untuk tahun ini.
Menurut Luhut pemerintah melihat peluang pasar yang cukup besar di Afrika. Oleh karena itu, menurut Luhut, pendanaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank) selaku pemberi fasilitas Buyer's Credit harus bisa ditingkatkan.
"Dan sekarang Eximbank ini yang perlu kita dorong. Karena kan dia punya budget baru Rp 5,5 triliun ya. Jadi kalau bisa kita double-kan supaya lebih banyak peran kita di sana," katanya.
Meski begitu, kata Luhut, Indonesia tak akan sembarang untuk melakukan investasi di Afrika. Hal ini supaya perusahaan-perusahaan Indonesia yang berinvestasi di sana tidak merugi.
"Ya beberapa itu tentu harus kita lihat negara-negaranya (yang dituju) juga. Seperti tadi Equatorial Guinea itu kan kaya, saya kira nggak ada yang perlu ditakutin. Ya kalau mungkin negara-negara yang cashflow-nya agak susah ya tentu kita lihat-lihat. Tapi kalau yang bagus (kenapa nggak)," katanya.
Luhut pun optimistis untuk tahun ini Indonesia bisa berinvestasi di negara-negara Afrika hingga mencapai US$ 800 juta.
"Hampir US$ 1 miliar saya kira ya. Mungkin US$ 800-an juta lebih. Saya kira lebih dari ini, karena ini kan belum dihitung komitmen-komitmen mereka yang mau masuk," tuturnya.
Pemerintah menggelar acara Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAID) 2019 di Nusa Dua Convention Center, Bali. Dalam acara itu pengusaha Indonesia dan Afrika kumpul bareng membahas kerja sama investasi.
(hns/hns)