"Daya mampu Bali saat ini sekitar 1.300 MW sampai tahun 2025 kita perkirakan tambah jadi 2.000 MW. Saran saya dua saja, pertama, tambahannya itu kan 700 MW, jadi 350 MW dibangun di provinsi Bali, dan 350 MW lagi dipasok dari Pulau Jawa, dengan Jawa Bali Connection yang 500 kV. Harapan saya, 350 MW yang dibangun di Bali ini seluruhnya dari energi baru dan terbarukan (EBT)," ujar Jonan usai menyaksikan saat MoU Bali dengan PLN soal penguatan ketenagalistrikan dengan pemanfaatan energi bersih di Wiswa Sabha Kantor Gubernur, Jl Basuki Rahmat, Denpasar, Bali, Rabu (21/8/2019).
Jonan mengusulkan penggunaan tenaga surya sebagai pembangkit listrik di kawasan industri pariwisata maupun perumahan di Pulau Dewata. Selain itu dia juga mengusulkan penggunaan crude palm oil (CPO) pada pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebagai bahan yang ramah lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jonan menambahkan lewat Paris Agreement pada 2018 lalu pemerintah Indonesia telah berkomitmen dan mendukung 23 persen energi baik untuk kelistrikan maupun bahan bakar berasal dari energi yang terbarukan. Dia mendorong Bali sebagai menjadi inisiator dan meningkatkan target tersebut menjadi 50 persen.
"Karena ini masa transisi, nasional ini targetnya 23% di 2025 untuk listrik, harapan saya Bali itu 50% sudah milih angka yang mudah diingat, nanti kalau angkanya njlimet orang juga nggak ngerti, sudah targetnya 50%," ujar Jonan.
Jonan juga mendukung rencana zonasi program kendaraan listrik di Bali. Jonan menyarankan diberikan masa ujicoba penerapan kebijakan ini.
"Harapan saya dengan PLTS, terus bapak mau inovasi lain kendaraan listrik, atau mobil listrik kehilangan PAD dan PKB, kalau mau ya pakai zonasi misalnya dari Nusa Dua-Kuta-Seminyak-Sanur itu daerah wisata yang padat sekali kalau motor harus motor listrik, mobil-mobil listrik sudah, coba dikasih waktu pak, setahun atau dua tahun bisa pak," usul Jonan.
Jonan mengatakan kerja sama dengan PLN ini bisa meningkatkan pembangunan pembangkit listrik EBT di Bali. Dengan adanya JBC ini, akan diperoleh manfaat cadangan bersama sistem Jawa-Bali bauran energi dan skala keekonomian serta biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik yang rendah karena dapat menggunakan PLTU Ultra Super Critical di Jawa dan trasnmisi JBC 500 kV.
Diharapkan dengan kerja sama ini rencana peningkatan kapasitas jaringan listrik menuju jaringan cerdas (smart grid) untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pembangunan pembangkit EBT di Provinsi Bali bisa berjalan sesuai rencana. Sehingga seluruh proyek ini cepat terealisasi, sehingga listrik dari energi bersih ini dapat segera dimanfaatkan untuk kendaraan listrik, kompor listrik, dan peralatan lainnya.
"Pemerintah sekarang mendorong penggunaan kompor listrik atau kompor induksi sebagai pengganti kompor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Dengan energi listrik berasal dari sumber-sumber energi domestik, kompor listrik bisa mengurangi impor LPG yang mencapai 5 juta ton setahun," ucap Jonan.
Terpisah, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan program ini sejalan dengan visinya membangun proyek infrastruktur yang berbasis keseimbangan alam, manusia, dan budaya yang bersih. Sebagai salah satu destinasi pariwisata dunia, Koster menargetkan Bali bisa mandiri energi.
"Kita juga mengetahui pertumbuhan energi di Bali tinggi sehingga harus disiapkan skenario untuk memenuhi kebutuhan energi jangka panjang. Memang harus disiapkan skenario pengembangan pembangkit energi listrik baru dan syaratnya harus ramah lingkungan. Ini prinsip dasar yang nggak bisa ditawar," tutur Koster.
(ams/hns)