Presiden Joko Widodo (Jokowi) siang ini memenuhi permintaan tokoh-tokoh Papua soal pembangunan Istana Presiden di tanah Papua. Jokowi menyatakan Istana Presiden di tanah Papua mulai dibangun tahun depan.
Menanggapi hal tersebut, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto mengatakan, belum ada kepentingan mendesak atau urgensi untuk membangun istana di tanah Papua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko mengatakan, yang harus diprioritaskan demi memajukan Papua adalah pemberdayaan masyarakat Papua. Hal tersebut, menurutnya lebih penting dibandingkan dengan membangun Papua maupun infrastruktur lainnya seperti jalan. Dengan mengutamakan pemberdayaan SDM, kata Eko, maka masyarakat Papua dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan daerahnya.
"Kalau kemudian pilihannya keterbatasan maka skala prioritas lebih kepada aspek kemanusiaannya dulu, bukan pada infrastrukturnya. Karena kalau dia katakanlah tetap disupport dari segi kebutuhan peningkatan skill, pendidikan, dan kesehatan mereka maka secara intensif mereka akan berusaha bagaimana membenahi daerahnya, infrastruktur dan lain-lain," terangt Eko.
Selain itu, infrastruktur dasar juga penting, misalnya sekolah dan sarana kesehatan. Dengan dua hal tersebut, maka masyarakat Papua mendapatkan asupan untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam berekonomi.
"Kalau menurut saya yang paling penting di Papua ya sarana dasar, kesehatan dan pendidikan," ucapnya.
Namun, menurut Eko pembangunan infrastruktur dasar pun harus disesuaikan dengan konteks kebudayaan masyarakat Papua. Misalnya, dari sarana kesehatan, apakah yang dibutuhkan puskesmas atau tenaga medis yang dapat menjangkau masyarakat pedalaman.
"Misal puskesmas kalau terlalu jauh dijangkau mungkin bisa bidan atau tenaga paramedis yang bisa melayani ke kampung-kampung yang ada di sana. Konteks-konteks budaya masuk di situ, itu sangatlah penting," papar Eko.
Kemudian, Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pembangunan istana di Papua dapat dinilai sebagai simbol. Namun, jika dilihat urgensinya pun belum ada.
"Kalau urgen sih tidak. Yang urgen itu adalah bagaimana kita meyakinkan Papua bahwa mereka buka anak tiri. Kalau istana itu saya kira yang dimaksud adalah sebuah simbol," kata Piter.
Tak beda jauh dengan Eko, menurut Piter, kunci utama mengembangkan Papua adalah dengan melakukan pendekatan, merangkul Papua dan mengenali budaya Papua. Sehingga, tak ada lagi jarak antara masyarakat Papua dengan yang lain.
"Jadi kita yag merangkul, kita yang melakukan pendekatan, kita yang membiasakan diri dengan budaya papua," tandas Piter.
(dna/dna)