Pekanbaru -
Kondisi kabut asap di Riau membuat biaya hidup semakin meningkat. Warga harus mengeluarkan dana ekstra dari biasanya.
"Biaya hidup kita selama kabut asap ini semakin bertambah banyak. Pengeluaran tidak jelas semakin bertambah. Sedangkan pendapatan suami kita masih tetap biasa saja," cerita Elis Masyitoh warga Jl Purwodadi, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Elis merinci sejumlah biaya tak terduga selama asap. Biaya yang pasti keluar adalah bidang kesehatan. Dia harus dirujuk ke rumah sakit karena radang tenggorokan. Selanjutnya disusul dua putranya yang juga mengalami hal yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena asap saya sempat mendapat perawatan di rumah sakit. Bukan sedikit biaya. Saya dinfus, dikasi obat karena tenggorokan meradang yang membuat demam. Biaya yang harus saya keluarkan Rp 1 juta," kata Elis.
Itu belum lagi, sambungnya, biaya dua putranya yang masih di bangkus SD. Kedua putranya juga mesti mendapat perawatan di dokter anak karena radang tenggorokan.
Rincian biaya yang bikin kantong warga Riau jebol ada di halaman berikutnya.
"Satu orang anak saya menghabiskan dana Rp 500 ribu untuk biaya berobat ke dokter spesialis anak. Jadi asap ini membuat biaya hidup kita semakin meningkat," kata Elis.
Ungkapan yang sama disampaikan Erni Wati warga Jl Adi Sucipto. Menurutnya, selama asap dia juga harus mengeluarkan dana yang lebih dari biasanya.
"Tagihan listrik saya di Agustus ini naik Rp 500 ribu dibanding bulan sebelumnya. Ini karena kami harus menggunakan AC rumah lebih lama selama asap ini. Bisa jadi pemakaian di selama September nanti akan meningkat lagi," kata Erni.
Pengakuan Elsa Susanti, warga Jl Subrantas, Kecamatan Tampan, dia juga harus mengeluarkan dana berlebih. Misalkan saja, dia mengaku harus rajin membeli beberapa suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh buat keluarganya.
"Ya selama kabut asap ini, biaya kita pasti bertambah. Saya harus rajin membelikan suplemen buat keluarga, agar kondisi badan tetap fit. Ini jaga-jaga biar tidak sakit," kata Elsa.
Ini belum lagi kondisi malas untuk belanjar ke pasar tradisional. Dengan kondisi asap, para kaum ibu malas berbelanja kebutuhan dapur ke pasar.
"Kita malas belanja ke pasar, akhirnya beli pada pedagang sayur keliling. Jelas pegadang keliling ini harganya lebih mahal dari pasar. Tapi mau bagaimana lagi, kita juga malas keluar rumah karena asap," kata Elsa.
Halaman Selanjutnya
Halaman