Jakarta -
Ladang minyak milik Saudi Aramco di Arab Saudi mendapat serangan dari pesawat tak berawak pada Sabtu (14/9/2019). Pemberontak Houthi Yaman mengaku jadi dalang di balik serangan yang melibatkan 10 unit pesawat tanpa awak atau drone tersebut.
Serangan tersebut memaksa Kerajaan Arab Saudi memangkas produksi minyaknya hingga 5,7 juta barel per hari atau mencapai 50% dari total produksi harian. Harga minyak mentah pun diprediksi bakal meroket.
Lantas apakah kejadian ini bisa berimbas ke Indonesia? Simak jawaban lengkapnya hanya di
detikcom, klik halaman selanjutnya.
Mengutip Reuters, Ada dua titik lokasi yang menjadi target serangan tersebut. Pertama adalah Fasilitas Khurais yang merupakan ladang minyak utama milik Saudi Aramco.
Sementara titik serangan lainnya adalah Fasilitas Abqaiq yang merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco.
Sebelumnya, serangkaian serangan rudal dan drone Houthi di kota-kota di Saudi berhasil dicegat. Tetapi baru-baru ini mencapai sasaran. Mulai dari ladang minyak Shaybah bulan lalu dan stasiun pompa minyak pada bulan Mei. Kedua serangan itu menyebabkan kebakaran, tetapi tidak mengganggu produksi.
Imbas gangguan produksi tersebut diprediksi bakal memberi rentetan dampak di pasar minyak internasional.
Hal itu disampaikan oleh Jason Bordoff, yang menjalankan Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia dan bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS selama masa kepresidenan Barack Obama.
Salah satu dampak paling nyata yang bakal terasa adalah kenaikan harga minyak dunia mengingat, Saudi Aramco punya peran besar dalam suplai minyak ke pasar global.
"Risiko eskalasi regional naik signifikan yang mendorong harga minyak lebih tinggi lagi," kata Bordoff.
VP Corporate Communication Fajriyah Usman mengatakan bisa saja terjadi kenaikan beban pokok Pertamina apabila minyak dunia meroket. Pasalnya, Pertamina masih melakukan impor minyak mentah.
"Kalau misalnya harga minyak dunia naik signifikan, akan berdampak pada kenaikan beban pokok. Karena kita masih ada yang impor," kata wanita yang akrab disapa Ziah saat dihubungi lewat pesan singkat oleh detikcom, Minggu (15/9/2019).
Namun Ziah menyatakan Pertamina sendiri kini mulai banyak menyerap crude alias minyak mentah domestik. Mulai dari yang diproduksi Pertamina sendiri maupun dari beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
"Sementara dapat kami sampaikan bahwa dari sisi crude, Pertamina sudah semakin banyak mendapatkan crude dari domestik. Baik dari produksi sendiri maupun penyerapan KKKS dalam negeri," kata Ziah.
Halaman Selanjutnya
Halaman