Fadli menilai karhutla bagai mengamini tudingan Uni Eropa soal industri sawit yang merusak lingkungan. Alhasil diplomasi Indonesia akan makin sulit untuk membela komoditas kelapa sawit di dunia internasional.
Namun, Ketua Bidang Agraria dan Tata Ruang Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyebut diplomasi tetap berjalan dan tidak terganggu. Kini pemerintah sedang menyiapkan 'senjata' untuk membawa masalah ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eddy menyatakan pihaknya sedang melihat apa salah kelapa sawit Indonesia. Dia sempat terheran dengan tudingan deforestasi alias pengurangan lahan hutan karena kelapa sawit.
"Kita lagi lihat salah sawit apa, padahal tanaman ini kan sumbang oksigen. Lalu misal tuduhan deforestasi data dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup) ini 120 juta hektar secara total lahan hutan," kata Eddy.
Dia melanjutkan, dari seluruh lahan hutan dalam data KLHK itu, yang terpakai untuk kebun sawit hanya sekira 12% saja.
"Yang jadi kelapa sawit dari data Kementan hanya 14,3 juta sampai 2018. Itu kan kecil sekali sekitar 12%-an aja," ungkap Eddy.
(das/das)