Proses konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera dikerjakan dengan cukup berbeda dengan sentuhan teknologi terbaru. Untuk pertama kalinya di Indonesia Kementerian PUPR berkolaborasi dengan Hutama Karya menerapkan penggunaan teknologi canggih yang disebut VCM guna mempercepat pembangunan jalan tol Trans-Sumatera.
Teknologi ini diterapkan guna mengurangi kadar air maupun kadar udara yang ada di tanah. Pasalnya sebagian besar wilayah yang terbentang di Sumatera didominasi oleh tanah gambut dan rawa. Bentuk tanah seperti inilah yang membuat pembangunan jalan menjadi sulit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teknologi VCM ini juga dikatakan bisa mempercepat proses pembangunan dan juga lebih murah. Teknologi ini bahkan pernah diterapkan di Swedia pertama kali pada tahun 1950-an. Selanjutnya teknologi VCM ini juga digunakan di China ketika membangun ribuan kilometer jalan tol di Negeri Tembok Raksasa tersebut.
Teknologi VCM sudah divalidasi oleh 5 profesor di bidang sipil. Teknologi ini menawarkan banyak kelebihan diantaranya dapat meminimalisir sumber daya dan penggunaan alat berat dan kemudian konsolidasi atau penurunan tanah yang dihasilkan bersifat isotropic sehingga mengurangi resiko ketidakstabilan lereng.
"Kelebihan lainnya yakni memiliki hambatan yang rendah terhadap efektivitas pekerjaan dan dapat overlap dengan pekerjaan lainnya. Ditambah lagi teknologi ini sangat ramah lingkungan, sebab perbaikan tanah bersifat otomatis tanpa menggunakan bahan- bahan kimia. Bukan tidak mungkin jika metode ini dapat diterapkan lagi untuk kondisi yang serupa. Ditambah lagi dengan sistem VCM ini proses penurutan tanah dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar 4 bulan jika dibandingkan dengan metode konvensional dengan menerapkan sistem drainase vertikal melalui Perforated Vertical Drain (PVD) yang dapat mencapai satu tahun," pungkas Hutama Karya dalam keterangannya.