Pengakuan Buwas Soal Oknum 'Sunat' Anggaran Bansos Rp 5 T

Pengakuan Buwas Soal Oknum 'Sunat' Anggaran Bansos Rp 5 T

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 24 Sep 2019 07:46 WIB
Pengakuan Buwas Soal Oknum Sunat Anggaran Bansos Rp 5 T
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) kemarin membeberkan hasil penemuannya dari kasus-kasus penyimpangan dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Ia menyebutkan, oknum-oknum dalam penyaluran beras Bulog di BPNT ini bisa meraup untung triliunan rupiah.

Simak berita lengkapnya di sini.

Oknum BPNT Sunat Jatah Rakyat Miskin Rp 5 T per Tahun

Foto: Rois Jajeli
Buwas mengungkapkan anggaran pemerintah untuk program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) mencapai Rp 17-20 triliun. Dia menyebut, dari anggaran tersebut, para oknum beras menyelewengkan anggaran pemerintah hingga Rp 5 triliun setiap tahunnya.

"Ini adalah fitnah yang dilakukan kepada negara melalui Bulog seolah-olah pemerintah ini tidak berpihak kepada masyarakat miskin. Padahal Pak Presiden sangat serius, sampai pemerintah menggulirkan Rp 17-20 triliun untuk BPNT. Jadi kurang lebih yang disimpangkan itu setiap tahun Rp 5 triliun lebih. Jadi hampir 1/3 itu disimpangkan," kata Buwas di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Menurutnya, apabila kasus ini tak segera diungkap, maka kesempatan menyelewengkan anggaran pemerintah dalam BPNT ini bisa lebih besar.

"Apalagi nanti Pak Presiden mau menambahkan Rp 60 triliun, jadi kita bayangkan akan semakin banyak yang dikorupsi. Ini tidak boleh kita biarkan," tuturnya.

Buwas menuturkan, para oknum yang mau menutupi temuan Bulog ini melakukan aksi dengan menjelek-jelekkan kualitas beras Bulog. Sehingga, mereka tetap bisa menyelewengkan anggaran pemerintah tersebut.

"Sampai hari ini yang diserang Bulog seolah-olah Bulog itu nggak benar, berasnya jelek, bau, macam-macam. Padahal mereka mengharapkan tadi 1/3 anggaran bisa disimpangkan," jelas Buwas.


Oknum BPNT Raup Untung Rp 9 M per Bulan

Foto: Tim Infoografis: Fuad Hasyim
Buwas membeberkan aksi para oknum dalam program BPNT yang mengganti beras Bulog dengan beras kualitas medium bisa meraup untung Rp 9 miliar per bulan.

"Jadi kalau setiap bulan hitungan rata-rata dari penyalur tiap bulan keuntungannya Rp 9 miliar lebih. Ini kalau kita berangkat dari penyalur, uang negara dibagi-bagi padahal untuk orang yang kurang mampu," beber Buwas dalam konferensi pers temuan BPNT, di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Ia mengatakan, bukti beras Bulog dari premium diganti menjadi medium ini sudah diambil sampelnya dari lapangan.

"Ini satu bentuk wujud nyata beras-beras yang disetor ke BPNT yang di seluruh Indonesia sudah kita ambil sampel. Bahwa beras ini bukan premium, medium, tapi dijual dengan harga premium," terang Buwas.

Buwas menuturkan, aksi oknum ini membuat penyaluran BPNT ke Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tidak tepat sasaran. Maksudnya produk yang diterima KPM tak sesuai dengan yang seharusnya.

"Jadi penerima BPNT ini dijadikan proyek oleh oknum-oknum ini," katanya.

"Di sini kita bisa memastikan bahwa manfaat BPNT yang harusnya tepat sasaran kepada KPM itu tidak terlaksana karena daftarnya tidak jelas, transaksi tidak bisa dimonitor, dari Dinas Sosial langsung ke Kemensos karena kepala daerah dilewati," imbuhnya.

Ada 300 E-warong Penyalur BPNT Palsu

Foto: Saifan Zaking
Buwas mengungkapkan, ada 300 lebih e-warong siluman atau palsu yang beredar di seluruh Indonesia. E-warong tersebut merupakan penyalur Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang terdaftar di Kementerian Sosial (Kemensos).

Ia mengatakan, dari temuan tersebut, di antaranya ada yang juga membuka usaha tambal ban namun juga berkedok e-warong.

"Ternyata e-warong ini tidak terdata, ternyata tambal ban. Itu saya telisik sudah 300 lebih, yang menemukan tim saya, tapi tim saya tidak hanya Bulog, rahasia. Kalau hanya tim dari Bulog kan tidak bisa 100% dipercaya," kata Buwas dalam konferensi pers temuan BPNT, di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Menurutnya, saat ini ada sekitar 3.000 e-warong yang ada di seluruh Indonesia. Artinya, ada sekitar 10% dari e-warong tersebut yang merupakan e-warong 'siluman'.

E-warong siluman tersebutlah yang menurut Buwas melakukan aksi penyelewengan dari penyaluran BPNT. Perlu diketahui, penyelewengan ini dilakukan dengan menggunakan karung beras Bulog palsu dan diisi dengan beras medium. Padahal, beras yang disalurkan Bulog ke BPNT merupakan beras berkualitas premium.

Ia mengatakan, tambal ban yang berkedok e-warong siluman ini beroperasi hanya pada saat pelaksanaan penyaluran BPNT yang dilakukan satu bulan sekali.

"Jadi tambal ban itu bisa jadi e-warong, ini bisa kita buktikan. Tambal ban ini bukanya hanya pada saat penyaluran BPNT, setelah itu tidak ada lagi," sebutnya.

Buwas Beberkan Cara Oknum Sunat Jatah Rakyat Miskin di BPNT

Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Para oknum dalam program BPNT ini, kata Buwas memotong jatah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) menjadi hanya 2/3 per bulan.

Perlu diketahui, KPM bisa mendapatkan BPNT sebesar Rp 110.000 per bulan untuk dibelanjakan ke e-warong dan akan mendapatkan beras dan telur. Namun, karena aksi oknum ini, KPM hanya bisa membelanjakan sekitar Rp 75.000 dari BPNT. Belum lagi kualitasnya yang dikurangi.

"Kami menjadi pihak yang paling dirugikan. Saudara-saudara penerima BPNT ini sangat dirugikan karena dia hanya terima 2/3 belum lagi kualitasnya," ujar Buwas di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).

"Paket ini, faktanya KPM hanya terima Rp 75.000 per paket (atau per bulan), kan berarti kehilangan Rp 30.000-an," lanjut dia.

Dengan pemotongan tersebut, maka para oknum ini bisa meraup sekitar Rp 30.000 dari BPNT per KPM per bulan.

"Ini preman-preman yang nggak tau siapa ini, dia berani minta per paket Rp 30.000," sebut dia.

Bahkan, aksi lainnya yang dilakukan oknum adalah dengan mengumpulkan kartu BPNT dari sejumlah KPM, lalu oknum tersebut mengakses kartu tersebut ke e-warong dengan ditukar uang tunai Rp 75.000. Nantinya, uang tersebut dikembalikan lagi kepada KPM.

"Jadi gini, umpamanya satu RT dikumpulkan atau satu RW. Dikumpulkan oleh satu orang, nanti datang ke e-warong, digesek nanti dikasih uang tunai. Ada yang Rp 50.000, Rp 70.000, paling besar Rp 80.000, sudah. Dia (KPM) nggak terima beras, terima duit, nanti dibagikan oleh masing-masing koordinatornya Rp 75.000," papar dia.

Geram Ada Oknum BPNT, Buwas: Pengkhianat Harus Dihabiskan

Foto: Lamhot Aritonang
Buwas menyebut ada 'preman' yang menyelewengkan penyaluran beras dalam program BPNT. Dia mengatakan oknum ini sebagai pengkhianat yang harus segera diatasi.

"Kalau ada oknum yang berani itu namanya menantang Dirut Bulog. Kalau pengkhianat itu harus dihabiskan, nggak ada tawar menawar, nggak ada belas kasihan. Sama saudara miskin saja dia tidak ada belas kasihan," kata Buwas di Gedung Bulog, Jakarta, Senin (23/9/2019).

Perlu diketahui, para oknum tersebut beraksi dalam penyaluran beras BPNT dengan mengoplos beras Bulog. Sehingga, masyarakat atau Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang harusnya menerima beras premium, hanya menerima beras medium yang dibungkus dalam karung beras Bulog palsu.

"Ini memfitnah Bulog atau seolah-olah dari berasnya Bulog. Jadi saya tidak mengarang-ngarang, harus fair, kita harus bela ini. Karung Bulog ini dijual Rp 1.000/pcs," terang Buwas.

Selain itu, kata Buwas, para oknum memaksa KPM menerima beras yang kualitasnya rendah. Jika tidak mau membeli beras tersebut di e-warong, maka mereka diancam dikeluarkan dari daftar KPM.

"Saudara-saudara kita yang penerima BPNT dipaksa, harus diterima, kalau tidak dia dicoret dari penerima BPNT, ini jahat betul. Ini orang-orang yang tidak punya otak, tidak punya perasaan," sebut dia.

Halaman 2 dari 6
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads