Rekomendasi untuk Sriwijaya Air muncul setelah dilakukan pengawasan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPU), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Didirikan 4 Pengusaha
Sriwijaya Air didirikan oleh empat pengusaha, yaitu Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Perusahaan ini dibangun pada tahun 2003.
2. Awalnya Hanya Punya Satu Pesawat
Saat pertama kali didirikan, Sriwijaya Air hanya memiliki satu pesawat, yaitu Boeing 737-200. Kemudian, Sriwijaya Air berkembang menjadi perusahaan dengan penggunaan pesawat Boeing 737-200 terbanyak di dunia.
3. Gabung Garuda
Pada akhir 2018, Sriwijaya Air resmi bergabung dengan Garuda Indonesia Group dengan menyetujui kerja sama operasi (SKO). Pesawat Sriwijaya pun dipasangkan logo Garuda Indonesia.
4. Copot Logo
Pada 25 September kemarin, Garuda Indonesia memutuskan untuk mencabut logo yang tertera pada badan pesawat Sriwijaya Air. Pencabutan logo di Sriwijaya Air sebagai pengingat standar kerja sama layanan.
5. Diminta Berhenti Terbang
Sriwijaya Air diminta untuk berhenti terbang setelah dilakukan pengawasan oleh DKPU, Kementerian Perhubungan. Sriwijaya dianggap tak memenuhi standar kemanan karena berhentinya pelayanan line maintenance oleh GMF Aero hingga laporan ketersediaan tools, equipment, minimum spare yang tidak sesuai kesepakatan.
Menyabut rekomendasi tersebut, dua direksi, yaitu Direktur Operasi Capt Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Romdani Ardali Adang memutuskan mundur dari Sriwijaya Air.
(pay/ang)