Bahlil merintis karier dan bisnis dari nol. Dia terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Ayahnya seorang kuli bangunan dan sang ibu bekerja sebagai tukang cuci. Namun hal tersebut tak membuatnya menyerah.
Sejumlah profesi pernah dilakoni pria asal Fakfak, Papua ini. Mulai dari tukang kue semasa kecil, seorang kondektur, hingga menjadi sopir angkot pun dia jalani. Dengan kerja keras itulah dia menjadi orang besar yang tadinya bukan siapa-siapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan cuma jualan kue, beranjak remaja segala macam pekerjaan kasar dilakukan Bahlil. Mulai dari kondektur angkot, jualan ikan, jadi kuli bangunan, sampai akhirnya jadi sopir angkot. Bahkan dia mengaku sering menghabiskan masa remajanya hidup di terminal.
Dengan segala kekurangannya, justru Bahlil nekat mau merubah nasib. Dengan modal pas-pasan dirinya terbang ke Jayapura, niatnya untuk kuliah. Cabut ke Jayapura, dia cuma membawa ijazah SMA, tiga stel baju, SIM dan kantong kresek. Bahkan, orang tuanya pun tidak tahu kalau dia ke Jayapura hanya untuk kuliah.
Sampai di Jayapura Bahlil sempat luntang-lantung karena tidak ada kampus yang mau menerimanya, namun suatu hari dia dikuatkan oleh ketua asrama yang ditinggalinya. Bahlil bercerita dia dimotivasi untuk tetap kuliah, hingga akhirnya dia mendaftarkan diri ke kampus swasta.
Tahu tidak memiliki uang, Bahlil tidak menyerah, kerja keras terus berlanjut. Sambil kuliah dia tetap mencari uang sendiri.
Pekerjaan kasar kembali dilakoninya. Dia bercerita pernah menjadi tukang dorong gerobak untuk membawa belanjaan orang dari pasar. Dia bercerita sekali 'narik' gerobak cuma diberi uang Rp 200.
Sebagai mahasiswa Bahlil juga aktif jadi aktivis, bahkan sempat keluar masuk bui karena pergerakannya. Bolak-balik bui, Bahlil merasa menderita dari situ lah dia mengaku sadar harus mengubah nasibnya sebagai orang yang miskin. Terlebih dia mengaku pernah sampai mengalami busung karena tidak bisa membeli makanan yang layak.
Dia mengawali karir di dunia keuangan, Bahlil bercerita pernah menjadi pegawai kontrak asuransi. Hingga akhirnya, dia ditawari temannya membangun perusahaan konsultan keuangan. Dari situ dia menjalani karir mulai dari karyawan biasa. hingga akhirnya
Sejak saat itulah Bahlil meneruskan karir cemerlangnya. Hingga akhirnya dia bisa menjadi CEO PT Rifa Capital dengan gaji Rp 35 juta di usia yang hanya 25 tahun. PT Rifa Capital tersebut memiliki cabang di berbagai pulau di Indonesia, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Sepak terjangnya di dunia bisnis mengantarnya meraih posisi Ketua Umum HIPMI dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-15 Desember 2015. Selama periode kampanye pemilihan umum (pemilu) tahun 2019, Bahlil masuk daftar tim sukses (timses) Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Sampai akhirnya, Bahlil kini dipanggil ke Istana Negara dan ditawari kursi menteri.
(eds/eds)