Belajar dari Bos Kopi Kenangan, Produk Lokal Lawan Serbuan Impor

Belajar dari Bos Kopi Kenangan, Produk Lokal Lawan Serbuan Impor

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 29 Okt 2019 14:14 WIB
Foto: Dok. Kopi Kenangan
Jakarta - CEO Kopi Kenangan James Prananto menceritakan alasannya dibalik mendirikan ritel kopi 'grab n go' tersebut. Salah satunya adalah menyaingi sejumlah peritel kopi luar negeri, seperti Starbucks dan The Coffee Bean & Tea Leaf.

"Kita ngomong cerita utama. Sebetulnya 2-3 tahun yang lalu di Indonesia kalau ingin kopi berkualitas dan enak kita ke mall, pemainnya luar semua kebanyakan dan harga kopinya Rp 40.000-50.000. Dan tak mungkin kopi itu bisa diminum setiap hari," terang James dalam Festival Transformasi 2019, di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/10/2019).

Menurutnya, Indonesia sebagai salah satu eksportir kopi terbesar di Indonesia perlu melakukan suatu gebrakan, yakni menghadirkan ritel kopi yang mampu bersaing dengan dua pemain tersebut. Sehingga, masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi kopi fresh brew berkualitas dengan harga terjangkau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Jakarta UMR Rp 3,9 juta. Kalau beli (kopi dari dua brand tersebut) setiap hari bisa habis Rp 1,2 juta atau 30% dari gaji. Padahal kita eksportir kopi terbesar, tapi kenapa kopinya mahal? Selain itu kopi besar dikuasai luar negeri. Ada gap. Jadi kita bikin Kopi Kenangan dengan kualitas, tapi murah, jadi bisa minum setiap hari," bebernya.

Namun, James mengatakan, masih ada berbagai hambatan, yakni dalam memperluas pasar ke daerah-daerah kedua, atau kota-kota kecil. Pasalnya, sebagian besar masyarakat di kota-kota kecil lebih gemar mengkonsumsi kopi sachet karena harganya memang lebih murah.

"Yang kita lihat di Indonesia agak lucu. Indonesia negara peminum kopi terbesar, tapi dari 100% yang main kopi, hanya 7% ritel. Sisanya sachet-an," papar James.

Hal itu ia buktikan dengan targetnya membuka 250 gerai hingga akhir 2019, namun per hari ini baru mencapai 154 gerai. Menurutnya, daya beli masyarakat terhadap kopi fresh brew yang lebih mahal dibandingkan kopi sachet juga masih rendah.

"Per hari ini kita memiliki 154 gerai. Sampai akhir tahun target 250 gerai. Sebetulnya untuk kita bisa masuk sampai Desember, karena balik lagi ada buying power yang belum bisa," imbuhnya.

Oleh karena itu, ia dengan timnya sedang berupaya mengenalkan bahwa ada beberapa pemain kopi fresh brew lokal yang menjual produknya dengan harga terjangkau untuk masyarakat, termasuk masyarakat di kota-kota kecil.

"Jadi dengan adanya Kopi Kenangan, dan juga pemain kopi susu lain, sebetulnya trennya adalah yang tadinya minum kopi sachet-an, kopi itu buka sachet-an tapi fresh brew. Masyarakat di second tier bisa mengerti kalau brand ini bukan brand Jakarta saja. Dengan teman-teman di dunia kopi, kita edukasi second tier ini tentang kopi," tutupnya.
Cerita Bos Kopi Kenangan Merintis Bisnis, Saingan Dengan Starbucks Cs dan Penggemar Kopi Sachet




(dna/dna)

Hide Ads