Murray beserta beberapa anak perusahaannya menandatangani Perjanjian Dukungan Restrukturisasi (RSA) dengan krediturnya. Melansir dari CNN, Rabu (30/10/2019), perjanjian restrukturisasi ini mewakili sekitar 60% dari kewajiban pembayaran utang Murray sebesar US$ 1,7 miliar (sekitar Rp 23,8 triliun). Selain itu Murray juga telah menerima kredit sebesar US$ 350 juta (sekitar Rp 4,9 triliun) untuk menjaga bisnisnya tetap berjalan meskipun telah mengalami kebangkrutan.
"Meskipun pengajuan kebangkrutan bukanlah keputusan yang mudah, hal ini menjadi penting untuk mengakses likuiditas dan pilihan terbaik bagi Murray Energy dan afiliasinya untuk masa depan karyawan dan pelanggan kami dan kesuksesan jangka panjang kami," kata mantan CEO Murray Energy Robert Murray dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah RSA, kreditur Murray, Ad Hoc telah sepakat untuk merekonstruksi Murray dan membentuk entitas baru menjadi Murray NewCo. Sehubungan dengan proses rekonstruksi ini, posisi Presiden dan CEO yang sebelumnya dipegang oleh Robert E. Murray akan digantikan oleh Robert D. Moore. Sebelumnya, Robert Moore sendiri merupakan mantan CFO (Chief Financial Officer) Murray Energy.
"Kami menghargai dukungan dari pemberi pinjaman kami untuk proses ini, banyak dari mereka telah berinvestasi dengan perusahaan untuk waktu yang lama. Saya yakin Fasilitas DIP memberi Perusahaan likuiditas yang memadai untuk mendapatkan pembayaran kepada mitra dagang kami yang berharga dan terus beroperasi dalam kegiatan bisnis normal tanpa dampak yang diantisipasi pada tingkat produksi," kata Robert Moore dalam sebuah pernyataan.
Kebangkrutan Murray ini menunjukkan kalau saat ini industri penambangan batu bara sedang mengalami tekanan yang sangat besar. Sebelumnya, sejumlah perusahaan batubara telah mengumumkan kebangkrutannya. Banyak perusahaan listrik di AS tidak lagi menggunakan batu bara sebagai sumber energi mereka. Perusahaan listrik tidak lagi menggunakan batubara demi alternatif yang lebih bersih dengan cepat.
Meski demikian, kebangkrutan Murray Energy tetaplah hal yang sangat mengejutkan, lantaran Murray Energy sendiri merupakan salah satu perusahaan tambang paling kuat dan terhubung dengan baik di industri ini. Murray Energy dan anak perusahaannya memiliki sekitar 7.000 karyawan dan mengoperasikan 17 tambang aktif di Alabama, Illinois, Kentucky, Ohio, Utah, dan Virginia Barat.
(zlf/zlf)