Jualan Sejak 1984, Sate di Bandung Ini Beromzet Rp 23 Juta/Hari

Jualan Sejak 1984, Sate di Bandung Ini Beromzet Rp 23 Juta/Hari

Nurcholis Maarif - detikFinance
Senin, 04 Nov 2019 12:47 WIB
Foto: Dok. Grab
Jakarta - Warga Bandung mungkin tak asing dengan Rumah Makan Sate DJ. Namun, tahukah kamu kalau rumah makan yang berada di Jalan Jenderal Sudirman nomor 276 ini memiliki omzet Rp 23 juta per harinya.

Pemilik Sate DJ Muhammad Munip menceritakan tentang perjalanan usaha sate keluarga yang telah berdiri sejak tahun 1984 ini. Awalnya, kata Munip, Sate DJ adalah sate Madura pada umumnya yang memakai bumbu kacang.

"Dari tahun 1984 itu masih sate biasa, masih sate ayam bumbu kacang. Baru pada 2004, kami ubah konsep. Dan sejak itu, Sate DJ dikenal dengan sate tanpa bumbu kacangnya. Bumbu kacang itu kami ganti dengan bumbu rahasia," ujar Munip seperti dikutip dari situs resmi Grab, Senin (4/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Munip menjelaskan, daging yang diolah menjadi sate di Sate DJ terdiri atas tiga macam yakni ayam, kambing, dan sapi. Masing-masing menu tersebut berbumbu asin, asin pedas sedang, dan asin pedas banget.

Selain sate, Rumah Makan Sate DJ menyediakan soto ayam. Meski sudah laris manis, Rumah Makan Sate DJ tidak membuka cabang di daerah lain. Munip mengatakan, salah satu alasan dirinya tidak membuka cabang adalah untuk mempertahankan keaslian Sate DJ.

"Ya, jadi orang-orang cukup tahu saja bahwa Sate DJ hanya ada di Jalan Jenderal Sudirman Bandung, tidak di tempat lain," ujar Munip.


Dengan begitu, kata Munip, orang-orang akan berusaha menikmati langsung hidangan sate dari sumber utama. Hal itu diakui sebagai salah satu cara agar tetap memikat pelanggan setia. Ada juga rahasia lainnya, di mana Munip memaknai pelanggan bukan sebagai raja, melainkan keluarga.

"Menurut saya pelanggan itu adalah keluarga. Jadi, kami memberikan kenyamanan untuk keluarga, sehingga keluarga itu tidak akan jauh-jauh. Hal itu kami terapkan dari segi pelayanan dan kenyamanan," ucap Munip.

Untuk meningkatkan pemasaran, Munip memutuskan untuk bekerja sama dengan GrabFood agar dapat memasarkan produknya lebih luas melalui aplikasi Grab.

Jualan Sejak 1984, Sate di Bandung Ini Beromzet Rp 23 Juta/HariFoto: Dok. Grab

"Waktu itu ada perwakilan dari tim GrabFood ke sini, menawarkan ke kami untuk bergabung. Saya tentu tertarik karena juga tidak ingin ketinggalan dengan usaha kuliner lain yang sudah bergabung ke layanan online," ujar bapak satu anak ini.

Munip mengaku sebelum bekerja sama dengan Grab, setiap harinya Sate DJ hanya menjual 10.000 tusuk. Namun, setelah menjadi mitra merchant GrabFood, rata-rata 15.000 tusuk sate habis terjual dalam sehari.

Bisnis kuliner dengan aplikasi online, kata Munip, ternyata lebih menjanjikan. Berbagai perubahan positif ia dapatkan setelah bekerja sama dengan GrabFood.

"Perubahan paling terasa dari segi komersial. Pendapatan kami menjadi tambah tinggi. Jadi, ketika bergabung dengan GrabFood, omzet kami per harinya selalu naik. Dari GrabFood, omzet per hari saja sebanyak 50-60%. Sisanya penjualan dari dine-in," ujar Munip.

Ini artinya, transaksi 9.000 dari total 15.000 tusuk sate berasal dari hasil kerja sama dengan GrabFood. Beberapa menu Sate DJ pun sontak hits dalam aplikasi Grab, salah satunya Sate Ayam Pedas Sedang.

Keuntungan lainnya yang Munip rasakan, adalah banyak mitra pengemudi Grab yang terbuka dan menjalin komunikasi yang baik dengan para pegawai Sate DJ. Hal ini menunjukkan kesesuaian prinsip pelanggan adalah keluarga yang dijunjungnya.

"Dengan kami bergabung dengan Grab, banyak driver-driver yang jadi banyak di sekitar kami, kemudian mereka pun welcome terhadap kami. Selain itu, kami merasa diuntungkan pula dari sosialisasi mereka terhadap Sate DJ kepada pelanggan online," tambahnya.


Rumah makan yang buka sejak pukul 17.00 WIB hingga 01.30 WIB ini, lanjut Munip, selalu penuh dengan antrean mitra pengemudi Grab. Oleh karena itu, dia menambah 5 pegawai yang khusus melayani pesanan dari pelanggan GrabFood.

"Sebelum kami bergabung dengan GrabFood ini, pegawai kami hanya ada 7 orang. Setelah bergabung dengan GrabFood, pegawai kami yang di Sate DJ bertambah hingga 5 orang. Mereka khusus mengerjakan pesanan untuk order online GrabFood," ungkapnya.

Uniknya, 5 pegawai yang direkrut Sate DJ adalah lulusan pesantren dari lingkungan rumah Munip di Madura.

"Karena orang tua saya berasal dari Madura, pekerja itu kami ambil dari Madura semua. Alasannya lebih gampang dari segi komunikasi dan pemahaman juga. Jadi, kami ngambil dari daerah kami agar pelayanan dan komunikasi lebih optimal kepada pelanggan," ujar Munip.

"Latar belakang mereka juga kebanyakan dari pesantren. 90% pegawainya kami orang-orang pesantren. Mereka yang lulus dari pesantren, yang di kampungnya menganggur, kalau misalnya itu masih saudara kami, itu kami ambil," imbuhnya.

Kata Munip, dua hal itu, asli Madura dan lulusan pesantren, dipilih karena selain bekerja, sate DJ juga mengutamakan ibadah.


(prf/hns)

Hide Ads