Camat Krayan Induk Helmi Pudaaslikar menuturkan listrik baru masuk di wilayah Krayan pada 2013. Kala itu, listrik mulai menerangi desa-desa di wilayah Krayan lewat bantuan solar sell dari pemerintah pusat. Penggunaan solar sell atau panel surya ini cukup membantu warga. Namun, saat musim hujan tiba, sinar matahari berkurang sehingga warga tak dapat menggunakan panel surya secara maksimal.
Dalam memenuhi kebutuhan listrik, selama ini warga Krayan secara swadaya menggunakan genset serta solar sell. Baik skala pribadi, skala desa maupun skala rukun tetangga (RT). Mereka secara swadaya berbelanja solar maupun membangun jaringan.
"Selain yang swadaya melalui diesel yang disediakan warga. Beberapa lokasi atau kluster desa, Trangbaru dan Long Layu Krayan Selatan. Mereka menggunakan PLTS komunal yang sumber pengadaan dari pemda dari dinas penerangan dan energi," tutur Helmi.
Sebagai orang Dayak Lundayeh, pantang bagi warga untuk mengeluh. Mereka percaya bahwa alam yang ada di tanah mereka adalah ibu yang harus dijaga. Hubungan antaralam dan manusia di Krayan sangat erat. Hal ini nampak pada penggunaan flora dan fauna di Krayan yang masih alami. Mulai dari penggunaan daun-daunan untuk pengobatan sampai penggunaan getah damar untuk sumber penerangan.
Salah seorang warga desa Ba'sikor Long Midang, Martin Palung (73) merasakan nikmatnya listrik baru pada tahun 2019, tepatnya pada Agustus. Sepanjang hidupnya Martin merasakan betapa warga harus mencari getah damar ke dalam hutan untuk mendapatkan secercah cahaya di malam hari.
"Saya umur sudah 73, tapi saya merasa baru merdeka tahun 2019 ini. Saya sangat berterima kasih pada pemerintah khususnya PLN. Akhirnya listrik masuk ke tempat kami," tutur Martin.
Martin juga pernah merasakan penggunaan genset sebagai alat penyediaan listrik mandiri. Namun, ia harus berupaya membeli solar di pusat kota kecamatan yakni Long Bawan yang jaraknya cukup jauh yakni 10 kilometer (km).
Beruntung, program BBM satu harga sudah mulai masuk di Krayan sejak 2016. Sehingga, beban warga dalam pembelian solar untuk bahan bakar solar sell jadi berkurang.
"Dulu sebelum masuk APMS (Agen Premium Minyak Solar) di Krayan warga harus mengeluarkan kocek lebih dalam buat beli solar dari Malaysia. Harganya Rp 13 ribu. Sekarang harganya sudah disubsidi jadi sekitar Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu saja," jelas Martin.
![]() |
Sebagai pensiunan PNS yang mengabdi selama 32 tahun sebagai guru, Martin ini menyebut kehidupan masa tuanya jadi berubah setelah listrik PLN masuk. Meski, saat ini kekuatan setrum PLN yang masuk ke rumah Martin baru 2 ampere atau setara 450 watt. Hal ini dikarenakan Long Midang masuk ke dalam wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) Indonesia.
"Bukan cuma terang, saya yang hanya tinggal berdua bersama istri jadi bisa menonton televisi sampai malam, tidak gelap dan sepi lagi," ungkapnya.
Kabar tentang masuknya listrik di Desa Ba'sikor Long Midang pun langsung terdengar seantero kampung. Termasuk ke telinga anak-anak Martin. Anak-anaknya yang sudah merantau pun lantas membelikan kedua orang tua mereka berbagai perabotan rumah tangga seperti mesin cuci, pemasak nasi elektrik dan juga televisi digital.
"Anak saya ada empat, sudah menikah semua ada yang di Tarakan ada yang di Malaysia dan yang di Long Bawan," tuturnya.
Dalam penggunaan perabotan rumah tangga seperti mesin cuci dan kulkas, Martin mengaku harus bergantian alias tidak bisa dinyalakan berbarengan untuk menghindari byar pet.
Aktivitas yang Lebih Panjang pada Malam Hari
Sementara warga Desa Ba'sikor yang lain, Nosnaima mengaku sebelum listrik masuk di Desa Ba'Sikor Long Midang ia membatasi penggunaan solar sell-nya hanya sampai jam 12 malam.
"Pokoknya habis gak habis jam 12 kita matikan lampu," kata dia.
Setelah PLN masuk, Nosnaima pun tak perlu lagi mematikan lampu pada jam 12 malam. Ia bisa leluasa menonton tayangan televisi di rumahnya hingga larut malam dan kembali menyalakan televisi di pagi hari.
Ditemui dalam kesempatan berbeda, Junior Operasi Pembangkit Unit Layanan Krayan Mochamad Fadel menuturkan di Desa Long Midang beban listrik yang terbaca di Long Midang berjumlah 23 kW atau 2.300 watt. Dengan masuknya listrik PLN ke Desa Long Midang, maka kini angka beban puncak berkisar pada 210 kW.
Karena masuk dalam wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), rata-rata rumah di Long Midang baru dapat menggunakan daya listrik sekitar 450 watt atau 2 ampere. Daya ini masih bisa ditambah seiring dengan penyempurnaan jaringan.
Adapun, Fadel mengatakan untuk menyambung jaringan dari PLTD Long Bawan ke Long Midang diperlukan sebanyak 170 tiang termasuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR).
"2 ampere itu khusus di Long Midang karena program 3T. Sementara di Kecamatan Krayan Induk sudah ada yang pakai 4 ampere, 6 ampere sama 10 ampere," jelas Fadel.
Listrik dari PLN kini memecah kesunyian Desa Ba'sikor Long Midang di malam hari. Kampung yang dulunya gelap gulita itu kini tinggal cerita. Kini, Martin dan warga lainnya siap menyongsong peradaban baru pasca hadirnya listrik di kampung mereka termasuk jaringan internet yang memadai.
detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
(adv/adv)