Jakarta -
PT Pertamina (Persero) tengah mengebut pembangunan 6 kilang. Dari 6 kilang, 4 di antaranya merupakan perluasan yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Balongan, Cilacap dan Dumai.
Kemudian, dua sisanya merupakan kilang baru yakni Grass Root Refinery (GRR) Tuban dan GRR Bontang. Bagaimana progresnya?
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang menjelaskan untuk RDMP Balikpapan saat ini sudah masuk progres konstruksi, di mana telah mencapai 9%. Angka ini lebih tinggi dibanding target Pertamina sebesar 6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Balikpapan sudah konstruksi dan sampai dengan hari ini atau akhir bulan kemarin progres 9% vs 6% plan artinya lebih cepat dari rencana," kata Ignatius dalam acara Media Breafing Proyek Kilang Stretegis di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Dia mengatakan, proyek ini bakal rampung pertengahan tahun 2023 mendatang. Lanjutnya, untuk memitigasi risiko, pihaknya akan menggandeng partner yang mana akan diumumkan pada 10 Desember 2019 mendatang bertepatan ulang tahun Pertamina.
"Saya belum omongkan di sini siapa. Salah satu kado Pertamina 10 Desember terpilihnya partner untuk Balikpapan," ujarnya.
Kedua, untuk RDMP Balongan saat ini tengah berlangsung lelang kontrak pembangunan. Rencananya, penandatangan kontrak juga akan dilakukan pada Desember mendatang.
"Balongan tahap 1 bisa selesaikan lebih cepat 2022 target bisa diselesaikan," terang Ignatius.
Ketiga, kilang yang sedang dikebut ialah Kilang Cilacap. Dia menjelaskan, saat ini tengah berlangsung proses pengadaan lahan yang hampir 100%.
Lanjutnya, masih ada bidang lahan yang masih menunggu penyelesaian di Mahkamah Agung (MA).
"Saat ini kita sudah menyelesaikan pengadaan lahan sudah 100%. Pengadaan lahan memang ada salah satu pemilik, memang satu dalam proses MA tapi keputusan MA itu menjadi keputusan bersama dan kita akan patuhi. Sehingga 100% yang akan dibangun RDMP bisa eksekusi," terangnya.
Buka halaman selanjutnya>>>>
Lanjutnya, memang yang tengah menjadi topik hangat ialah mengenai kerja sama antara mitra yakni Saudi Aramco. Dia bilang, kerja sama ini masih dalam pembahasan terkait valuasi aset. Hasil valuasi aset ditargetkan keluar Desember 2019 ini.
"Kesepakatan valuasi tahun ini. Hasil valuasi Desember, itu aja deh bahasanya," katanya.
"Kerja sama Aramco harus karena sudah kesepakatan bahwa ada perubahan-perubahan itu teknis aja," tambahnya.
Keempat, RDMP Dumai rencananya akan dilakukan penandatangan frame work agreement pada 10 Desember mendatang. Kilang ini ditargetkan rampung pada tahun 2027.
"Untuk Dumai sudah lama sejak 2016 kita sudah pre FS. Tetapi waktu itu supaya prioritas tidak sekaligus kita masih simpan dulu, tapi Desember ini kita dorong kita laporkan pemeritah, kita diskusi calon partner dapat respon sangat baik," katanya.
"Target 10 Desember kita kado kelima kita tanda tangan frame work agreement. Kita akan lanjutkan studinya Dumai lebih detail mengenai konfigurasi, engineering sampai eksekusi target 2027 project ini kita selesaikan," ungkapnya.
Kelima, untuk GRR Tuban saat ini dalam tahap pengadaan lahan, di mana pengadaan lahan mencakup penggantian lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ia menargetkan, kilang ini rampung tahun 2026.
Begitu juga dengan yang terakhir yakni GRR Bontang yang masih fokus pada pengadaan lahan. Kilang ini rencananya rampung tahun 2025.
"Bontang masih frame work agreement. Sekarang ini concern pengadaan lahan, ada LMAN lahan negara 14 ha kita coba tambah lahan masyarakat, izin RT RW sudah. Pekerjaan engineering berlangsung karena 100% dikerjakan partner. Kita mendapat golden share 10% dan Pertamina melakukan oftake poroduk tertentu yang kita butuhkan," tutupnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman