Dipakai Saat Aksi Teror, Jaket Ojol Bakal Dibatasi Peredarannya

Dipakai Saat Aksi Teror, Jaket Ojol Bakal Dibatasi Peredarannya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 13 Nov 2019 14:33 WIB
Foto: Aji Kusuma Admaja/detikcom
Jakarta - Aksi teror bom di Polrestabes Medan dilakukan oleh seorang yang menggunakan atribut ojek online (ojol). Meski belum diketahui apakah pelaku benar-benar merupakan driver ojol atau tidak, karena faktanya atribut tersebut ramai dijual bebas di masyarakat.

Penggunaan atribut ojek online ini pun dikeluhkan asosiasi ojek online Gabungan Roda Dua (Garda). Mereka mengkhawatirkan hal tersebut mengurangi kepercayaan masyarakat kepada ojek online.

Menanggapi hal itu, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menyatakan pihaknya akan melakukan komunikasi dengan aplikator. Salah satunya adalah memperketat distribusi jaket ojek online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya akan komunikasi dengan aplikator apakah mungkin penjualan atau pendistribusian (jaket ojol) akan dibatasi ke yang benar-benar berprofesi. Saya akan optimalkan pengawasan kita mungkin dari aplikasi atau apa. Mungkin nanti dengan aplikator saya akan bahas," ucap Budi di sela raker dengan Komisi V DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/11/2019).



Budi sendiri mengakui bahwa memang jaket ojek online kini sangat mudah didapatkan. Karena mudah, akhirnya pelaku teror mengenakan jaket ojol sebagai penyamaran.

"Saya coba nanti mau dapat informasi apakah memang itu ojol, tapi sekarang kan gini jaket itu bisa di mana-mana dijual bebas juga. Bisa juga itu sebagai bentuk penyamaran dia bahwa seolah-olah dia berprofesi itu dan dia bisa masuk ke mana-mana," ujar Budi.

Sebelumnya, Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono menegaskan, jaket ojol yang dipakai pelaku teror menimbulkan keresahan bagi kalangan ojek online se-Indonesia. Menurut Igun, hal ini akan menimbulkan kecurigaan masyarakat terhadap ojek online. Belum lagi pihaknya akan dicurigai saat harus mengantar barang ke lokasi tempat umum.

"Kami ini khawatir bahwa kami menjadi bahan kecurigaan dari masyarakat maupun manajemen-manajemen gedung apabila kami harus mengantar barang atau mengantar makanan ke lokasi-lokasi yang memang bentuknya tempat umum," ungkap Igun saat dihubungi detikcom.




(eds/eds)

Hide Ads