Kisah Perancang Jembatan Lengkung Terpanjang di Dunia

Kisah Perancang Jembatan Lengkung Terpanjang di Dunia

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 19 Nov 2019 07:47 WIB
1.

Kisah Perancang Jembatan Lengkung Terpanjang di Dunia

Kisah Perancang Jembatan Lengkung Terpanjang di Dunia
Foto: PT Adhi Karya
Jakarta - Jembatan lengkung bentang panjang (longspan) di Kuningan pada proyek LRT Jabodebek telah selesai pengerjaan pengecoran dan sepenuhnya tersambung. Long span ini menuai pujian.

Pujian sendiri utarakan oleh Presiden Joko Widodo. Melalui akun instagramnya, Jokowi berbagi cerita akan kebanggaannya terhadap proyek ini.

Jokowi kagum dengan konstruksi long span yang melayang di atas flyover dengan bentuk melengkung sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang nomor 1 di RI itu memuji habis-habisan insinyur yang merancang long span tersebut. Dia adalah seorang wanita yang bernama Arvila Delitriana.

detikcom pun berkesempatan untuk mewawancarai lebih salam sosok wanita yang akrab disapa Dina itu. Dia bercerita mulai dari sempat diremehkan pihak asing hingga rahasia di balik suksesnya dia membangun puluhan jembatan.

Bersyukur, hanya itu kata yang diucapkan Arvilla Delitriana saat ditanya bagaimana rasanya karyanya menuai banjir pujian. Pujian-pujian itu bahkan datang dari para menteri hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Karya yang dimaksud adalah proyek jembatan lengkung bentang panjang (longspan) di Kuningan, Jakarta Selatan pada proyek LRT Jabodebek. Konstruksi longspan ini melayang di atas flyover dan tol dalam kota dengan bentuk melengkung sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter.

"Alhamdulillah, saya cuma bisa bilang begitu. Karena sebetulnya kalau dilihat dari pencapaian saya saat ini, ya Alhamdulillah saya juga sangat bersyukur. Saya bisa menyelesaikan jembatan ini dengan tahapan-tahapan yang tidak mudah," ujarnya saat berbincang dengan detikcom.

"Sebelumnya pun sudah banyak jembatan saya yang saya desain juga tidak mudah. Cuma mungkin momennya saja, dan lokasinya terlalu jauh, ada di pelosok Riau, kemarin Kalikuto yang di Semarang juga Pak Jokowi meresmikan. Ya tapi mungkin saat ini karena memang di Jakarta," tambah wanita yang akrab disapa Dina itu.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Saat pembangunan longspan yang berada di Kuningan itu memang cukup menyedot perhatian dari pengendara yang melintas di jalan Gatot Subroto. Titik lengkungnya tepat berada di atas jalan layang dan tidak ada pilar atau pier di tengahnya, sehingga membuat pengendara yang melintas merasa khawatir.

"Tantangannya justru di situ, saat belum nyambung. Jadi sebetulnya kalau dibilang saya yang bisaan, ya menurut saya yang bisaan ya para kontraktor, para sub kontraktor yang bisa menerjemahkan saya maunya begini, harus begini, begitu. Mereka bisa mengikuti itu," tuturnya.

Saat proses pembangunan longspan ini memang harus dilakukan super hati-hati. Sebab di bawahnya terdapat beberapa ruas jalan termasuk jalan tol.

"Mungkin yang berbahaya juga tidak boleh ada satu pun benda jatuh, karena di bawahnya kan jalan tol dengan kecepatan tinggi, satu baut jatuh pun bisa mengagetkan pengemudi. Artinya pelaksanaannya harus betul, itu juga saya apresiasi dengan timnya Adhi Karya Alhamdulillah sampai saat ini 1 butir baut pun tidak jatuh ke jalan," ucapnya.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>

Dina sendiri sebenarnya sudah memiliki hubungan baik dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang menggarap proyek LRT Jabodebek. Perusahaan tempatnya bekerja PT Cipta Graha Abadi sering digunakan jasanya oleh Adhi Karya.

Meski begitu, Dina harus melewati proses kompetisi dengan 3 desainer jembatan dari Perancis. Akhirnya dia berhasil mengalahkan 3 desain konsultan asing itu.

"Jadi dari tiga desain tadi dipilih sudah satu, tapi dengan tiang di tengah. Nah karena perlu bantuan jadi Adhi Karya minta bantuan saya bisa nggak bantuin yang ada di tengah. Saya bilang kalau pier jembatan di tengah saya tidak rekomendasi dan saya tidak mau kerjakan," terangnya.

Menurut Dina jika titik jembatan itu menggunakan pier di tengahnya akan sangat sulit dilakukan. Sebab di bawahnya terdapat jalan layang yang membentang rapat dan terbilang lebar. Kalaupun bisa, harus menggunakan teknologi super canggih dengan biaya yang cukup besar.

"Saya bilang saya mau bantu tapi tidak ada pier di tengah, melengkung. Di situlah terjadi pertentangan. Mereka menentang saya, tapi saya mah kukuh. Bahwa itu harusnya bisa. Karena pertimbangan saya pertama jembatan seperti itu pernah dikerjakan, tapi tidak sepanjang itu. Hanya itu saja," tuturnya.

Dina yakin dengan metode desain yang dia buat, sebab sebelumnya dia pernah mendesain jalan layang TransJakarta di Adam Malik dengan bentuk melengkung. Hanya saja lebih pendek, yakni 128 meter.

"Jadi kalau kata para pengawas dari Jepang, Korea mereka bilang bagaimana bisa nyambung, ini kan melengkung. Saya bilang saya yakin bahwa itu bisa. Mereka tidak percaya engineer Indonesia bisa dan tidak percaya kontraktornya bisa," tuturnya.

Dina teringat ketika pertama kali datang membawa rancangannya dalam rapat. Saat itu dia diremehkan oleh para konsultan asing seperti konsultan dari Prancis, Systra.

"Waktu saya datang pertama kali seperti jualan obat datang sendirian, ditanya 'bisa desain jembatan?' kata si Prancisnya. Datanglah salah satu direksi Adhi Karya bilang loh justru kita menunggu-nunggu bisa bekerja sama kembali dengan Ibu Dina. Di situ saya tunjukin slide-slide jembatan saya di situlah dari Systra percaya saya bisa desain jembatan. Tapi belum setuju karena agak lama pertentangan, akhirnya Adhi Karya percaya desain saya bisa dilakukan dan Adhi Karya bisa melakukan. Alhamdulillah terjadi," kenangnya.

Banyak pihak memandang bahwa saat ini jembatan longspan melengkung dengan panjang 148 meter belum pernah ada di Dunia. Dina sendiri pernah membuat desain longspan sepanjang 180 meter di Perawang, Riau namun bentuknya lurus.

"Jadi yang dari Jepang bilang ini pertama kali di dunia kamu nggak bisa nyontoh. Ya ngapain nyontek. Tapi saya yakin bisa. Karena prinsip dasarnya ada, tapi ini panjang, memang tingkat risikonya yang akan lebih lama dan lebih besar," tuturnya.

Menurutnya proses sejak dia mengajukan desain hingga akhirnya pengerjaan dimulai membutuhkan waktu hingga dua tahun. Sebab selain harus menghadapi para konsultan, Dina juga harus mendapatkan sertifikasi layak desain dari KKJTJ (Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan).

"Jadi proses-proses penyesuaian sampai selesai itu yang memakan waktu lama, dan jembatannya nggak bisa ngecor jadi semua, maju satu ada umurnya 3-4 hari baru boleh. saya bilang mah dijahit, nunggu kokoh dulu baru ditarik, baru dia maju, tarik dia maju," tutupnya.

Konstruksi long span ini melayang di atas jalan layang dengan bentuk melengkung sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter tanpa tiang pier. Beton yang digunakan seberat 9.688,8 ton dan besinya seberat 2.929,7 ton. Sementara metode yang digunakan adalah concentrate box grider balance cantiviler.

Jembatan ini menyabet dua rekor MURI, yakni Jembatan Kereta Box Beton Lengkung dengan Bentang Terpanjang di Indonesia dan Rekor Pengujian Axial Static Loading Test pada Pondasi Bored Pile dengan beban terbesar di Indonesia.

Dinabmengakui saat membangun jembatan itu sering dihantui kekhawatiran. Terang saja, konstruksinya tepat di atas jalan layang lebar yang di tengahnya terdapat jalan tol. Satu benda kecil jatuh bisa membahayakan arus kendaraan di bawahnya.

Meski begitu, Dina mengaku tidak ada semacam ritual khusus saat membangun jembatan itu. Dia hanya menjaga kewajibannya sebagai umat muslim untuk menjalankan solat 5 waktu.

"Ya solat aja. Saya sering bilang bahwa setiap jembatan bagi saya seperti bayi saya," tuturnya saat berbincang dengan detikcom.

Dina mengibaratkan mengandung saat merancang jembatan. Dia harus selalu berhati-hati dan merawat kandungannya agar bisa lahir dengan sehat.

"Kalau jembatannya sudah mau nyambung misalnya, itu seperti sudah buka-an 10. Jadi itu seperti kondisi yang sudah kritis, mules banget, pas dia nyambung ya lahir lah bayinya. Siap untuk diinjek-injek, dimanfaatkan. Jadi ya seperti kita hamil ya solat aja," tambahnya.

Dina sendiri sebenarnya sudah membangun puluhan jembatan sejak 2001. Semua proyek yang digarapnya diperlakukan sama dan berkesan sama.

"Semuanya sama. Ya kaya punya bayi, mau punya anak sampai 100 ya anak pertama dan ke-100 ya sama," tambahnya.

Beberapa karya jembatannya di antaranya Jembatan Kali-Kuto Semarang, Jembatan Layang Kereta Api Medan, Jembatan Layang Bus Way DKI Adam Malik, Interchange Solo-Kertosono, Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Jembatan Cable Stay Pasupati, Jembatan Perawang, Jembatan Musi Banyuasin, Jembatan Tol Semarang-Solo, Jembatan Banyumanik II, Jembatan Gedawang, Jembatan Lemah Ireng dan lainnya.

Dina saat ini juga tengah menggarap proyek jembatan LRT di Dukuh Atas. Selain itu ada juga calon mahakaryanya yang tengah di garap yang berada di lokasi Ibu Kota Negara yang baru nantinya.

"Sebelumnya ada investor yang meminta saya mendesain jembatan untuk menghubungkan Balikpapan ke Penajam. Sekitar 5-7 km. Tapi di tengahnya nanti ada bentang jembatannya sampai 500 meter tanpa bentang di tengah, tapi lurus. Tipenya berbeda dengan yang ini. Jadi saat Pak Jokowi mengumumkan ibu kota pindah ke sana, itu tiba-tiba desain jembatan saya muncul. Saat itu baru sketsa untuk bantu investor menghitung investasinya. Kalau jembatan itu jadi Isha Allah akan menjadi masterpiece berikutnya," tutupnya.

Hide Ads