Dirut Jiwasraya: Sakit Perusahaan Sudah Serius!

Dirut Jiwasraya: Sakit Perusahaan Sudah Serius!

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Rabu, 20 Nov 2019 10:56 WIB
Foto: Rengga Sancaya/detikcom
Jakarta - PT Asuransi Jiwasraya (Persero) terbelit masalah keuangan. Perusahaan kini tak sanggup untuk melakukan kewajiban membayar klaim asuransi nasabah yang jatuh tempo.

Direktur Utama (Dirut) Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan ibarat penyakit, kondisi keuangan perusahaan sedang dalam masalah yang serius. Hexana yang baru masuk pada pertengahan 2018, ditugaskan untuk bisa menyelesaikan masalah Jiwasraya.

"Jadi perusahaan kita ini, kami tuh masuk banyak yang tidak tahu ya (keadaannya). Kami masuk itu kan sudah dalam keadaan bermasalah. Terus kami ini (masuk) tingkatnya sebenarnya sudah penyelamatan perusahaan," kata Hexana kepada detikcom di kantornya, seperti ditulis Rabu (20/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi secara fundamental perusahaan ini sebenarnya sakitnya sudah serius, dan sakit serius sebuah perusahaan itu bukan membalik tangan mendadak," sambung dia.


Hexana bahkan terang-terangan menyebut ada manipulasi pada laporan keuangan perusahaan ketika dia masuk Jiwasraya. Hal ini juga yang membuat pemegang saham, dalam hal ini pemerintah merombak manajemen lama dan memasukkan dirinya.

"Jadi selama ini orang mendiskreditkan pemegang saham tiba-tiba begitu justru dari kecurigaan. Karena tidak GCG (Good Corporate Governance) di perusahaan, sehinggga laporan pun itu tidak benar. Agak dimanipulasi laporannya," katanya.

Dari situ, Hexana mengaku langsung mempelajari kondisi yang terjadi di perusahaan. Dia lantas melihat banyak hal yang tidak beres dalam pengelolaan keuangan Jiwasraya. Perusahaan disebut asal-asalan dalam melakukan investasi.


"Kelihatan dari balanshipnya, neracanya, perhitungan cadangannya, itu kurang. Padahal dalam asuransi itu, cadangan itu merefleksikan pengakuan besarnya liabilities. Terus kemudian di sisi aset kok saya melihat aset-aset tidak bagus. Ketika pasar turun, kok dia jalan sendiri di atas," katanya.

"Mulai tak lihat, wah ini aset-aset yang bukan, sulit mencari tahu kenapa mempunyai aset itu. Mempunyai investasi itu. Di sini intinya tidak menerapkan portofolio investment yang bagus. Jadi memburu apapun instrumen, nggak peduli apapun ratingnya, dicari yang potensi, hanya potensi loh, upsidenya tinggi. Tapi saya tanya, bagaimana melindungi dari downside? nggak ada. Jadi investasinya telanjang, naked. Sehingga ketika pasar jatuh ya ikut jatuh," tuturnya.





(fdl/zlf)

Hide Ads