Kritik Keras Faisal Basri Soal Luhut Urus Investasi

Kritik Keras Faisal Basri Soal Luhut Urus Investasi

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 21 Nov 2019 06:00 WIB
Halaman ke 1 dari 2
1.

Kritik Keras Faisal Basri Soal Luhut Urus Investasi

Kritik Keras Faisal Basri Soal Luhut Urus Investasi
Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak formasi kabinet dengan cukup signifikan pada periode kedua. Banyak posisi wakil menteri hingga muncul tugas khusus bagi salah satu menteri koordinator.

Luhut Binsar Panjaitan mendapatkan tugas tambahan pun dapat tugas tambahan dari Jokowi. Kementerian koordinator yang dipimpinnya ditambah label 'investasi' menjadi Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

Tambahan tugas itu mendapatkan kritikan keras dari Ekonom Senior Indef Faisal Basri. Salah satu yang dipertanyakan adalah tambahan tugas investasi kepada Luhut, yang menjadi Menko Kemaritiman dan Investasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Urusan investasi ini Menko Perekonomian atau Menko Kemaritiman? Menko Kemaritiman ini urusi mobil listrik juga. Menko urusan investasi ditaruh di kemaritiman. Saya nggak tahu juga hubungannya apa," ujarnya dalam acara Kongkow Bisnis Pas FM di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Menurut Faisal, kebijakan Jokowi saat ini lebih pada kebijakan yang berusaha menyenangkan semua pihak, sehingga urusan formasi kabinet juga diterapkan hal yang sama.

"Pak Jokowi berusaha menyenangkan semua orang, tapi resources-nya terbatas, maka sulit merealisasikan kepentingan yang banyak. Oleh karena itu, jangan harap kebijakannya lebih solid," ujarnya.

Penambahan nama 'investasi' pada Kementerian Koordinator Kemaritiman menunjukkan pemerintah saat ini berfokus mendorong masuknya investasi. Menurut Faisal, itu hal yang salah karena yang sangat perlu dibenahi saat ini adalah penguatan ekonomi domestik di tengah gejolak ekonomi global.

"Pemerintah omongnya asing terus, dorong asing, sampai ada menko urusan investasi. Justru saya peduli urusan pertumbuhan dalam negerinya dulu, asing ntar dulu, deh," ujarnya.

Lagi pula, lanjut Faisal, jika ingin mendorong investasi asing masuk, cukup beri pelayanan kepada investasi yang sudah masuk. Tidak perlu fokus menggelar karpet merah bagi investor baru.

"Kalau saya mau investasi di Nigeria, saya akan tanya ke Pak Anthoni Salim, yang sudah investasi di sana, enak-nggak investasi di sana. Jadi orang akan ada kampanye positif. Tapi kalau tidak dirawat, akan ada kampanye negatif," tegasnya.

Dengan melihat formasi dan kebijakan itu, Faisal merasa pesimistis Kabinet Indonesia Maju bisa menorehkan kinerja positif. Bahkan dia memperkirakan bisa ada perombakan formasi di tubuh kabinet jika hasil kinerjanya buruk.

"Ini yang bahaya, bisa chaos, tahun depan bisa reshuffle. Komposisi (kabinet) ini tidak akan bobolkan gawang, tapi akan kebobolan terus," tutupnya.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>

Faisal mengatakan bahwa seharusnya urusan investasi ada di bawah Kemenko Perekonomian. Dia menilai seharusnya urusan investasi berada di bawah Kemenko Perekonomian.

"Kalau menurut saya, salahin diagnosis. Investasi itu kan dari luar, Indonesia itu tidak banyak investasinya dari luar. Investasi itu kan ada di BKPM. Sebenarnya di nomenklatur itu urusannya Menko Perekonomian, kenapa di maritim? Apakah hanya maritim yang didorong investasinya? Nggak juga kan. Kalau ingin meningkatkan peran Pak Luhut, angkat saja jadi Perdana Menteri sekalian," tuturnya.

Menurutnya peran Luhut saat ini terlalu luas, bahkan dia menyidir setara perdana menteri. Dia juga mempertanyakan tentang rencana masiknya investasi dari Hong Kong.

"Semua dia urus sekarang. Sampai uang dari Hong Kong masuk ke Indonesia dia urus juga. Ini calo apa menteri? Semua diurus. Memang nomenklaturnya di dia, tapi jadi nggak benar. Kalau mau jelas, angkat saja dia jadi Perdana Menteri, dia suruh semua menterinya," tegasnya.

Faisal juga meragukan alasan Luhut menangani investasi lantaran kinerja investasi Indonesia yang buruk. Padahal menurut sepengetahuannya investasi di Indonesia cukup bagus.

"Apalagi penyebabnya adalah seolah-olah investasi kita ini jeblok, nggak. Investasi Indonesia tidak jelek-jelek amat. Pertumbuhan investasi Indonesia itu lebih tinggi dari rata-rata Negara ASEAN, lebih tinggi dari Cina, hanya lebih kalah dari Vietnam dan India. Jadi diagnosisnya salah," ucapnya.

Hide Ads