Erick Thohir Ingatkan Bos BUMN 'Dhuafa' Dilarang Hidup Mewah

Erick Thohir Ingatkan Bos BUMN 'Dhuafa' Dilarang Hidup Mewah

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 21 Nov 2019 06:42 WIB
1.

Erick Thohir Ingatkan Bos BUMN 'Dhuafa' Dilarang Hidup Mewah

Erick Thohir Ingatkan Bos BUMN Dhuafa Dilarang Hidup Mewah
Foto: pool
Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bertemu dengan 32 direktur utama dan komisaris utama BUMN belum lama ini. Dalam pertemuan itu, Erick bercerita pernah makan di tempat mewah dengan petinggi BUMN.

Namun, petinggi BUMN itu rupanya bertugas di BUMN yang rugi. Mengetahui hal itu, Erick naik pitam.

Demikian disampaikan Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Publik Arya Sinulingga menceritakan pertemuan tersebut di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Rabu (20/11/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pak Erick sempat keras ngomong, pernah di salah satu restoran di Thamrin bertemu dengan eksekutif BUMN makan di tempat cukup mahal mewah ketika dilihat keuangan BUMN tersebut ternyata rugi," ujar Arya.

Makan di tempat mewah boleh saja. Namun, saat perusahaan rugi seharusnya petinggi perusahaan juga harus prihatin.

"Bukan tidak boleh, untuk sesuatu yang memang didapatkan, tapi harus punya hati akhlak kalau perusahaan rugi ya prihatin gaya hidup mereka," ujarnya.

Lanjut ke halaman berikutnya >>>

Dalam catatan detikcom, setidaknya ada sembilan BUMN yang mendapat cap perusahaan sakit atau 'dhuafa' sehingga masuk dalam penanganan atau pasien PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Sebanyak sembilan perusahaan itu adalah PT Merpati Nusantara Airline (MNA), PT Survai Udara Penas, PT Industri Gelas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Sandang Nusantara, PT Kertas Leces, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT Industri Kapal Indonesia.

Direktur Konstruksi Bisnis dan Manajemen Aset Dikdik Permadi menyatakan dari sembilan perusahaan tersebut, PT Kertas Leces gagal untuk diselamatkan. Perusahaan ini sudah dinyatakan pailit dan kini sedang menunggu likuidasi aset.

"Pertama paling cepat Leces, bukan cepat lagi itu udah pailit tinggal lelang kurator untuk likuidasi asetnya. Nanti dibagikan ke kreditur," ucap Dikdik saat berbincang bersama wartawan di Bandung, Kamis (14/11/2019).

Untuk Merpati, katanya dalam proses penyehatan. Meski belum mendapat suntikan modal, maskapai pelat merah ini mulai beroperasi lewat kerja sama operasi kargo.

"Selanjutnya Merpati kita ini sudah optimalkan asetnya mereka, kami lakukan pendampingan untuk kerja sama kargo ke timur dengan 10 BUMN," ucap Dikdik.

Dikdik melanjutkan, PT Industri Gelas menunjukkan progres yang cukup baik. BUMN ini akan segera merambah industri fiberglass dengan bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN).

"Kalau terkait Iglas (Industri Gelas) kita sedang mulai kajian untuk coba melakukan support pembuatan pipa-pipa fiberglass. Saat ini kita kajian dengan PGN, mereka butuh pipa fiberglass. Nanti kita akan mulai dari situ, selama ini kan mereka setop operasi juga," ucap Dikdik.

Dikdik juga memaparkan, Industri Sandang Nusantara akan mengubah pola bisnisnya. Sebelumnya, perusahaan ini fokus ke industri hulu tekstil dengan pemintalan benang. Kini, bisnis akan berubah mengurus industri hilir garmen.

"ISN (Industri Sandang Nusantara) fokusnya nggak ke hulu lagi dia akan training untuk mengurusi industri garmen sekarang fokusnya. Mereka juga baru saja lelang aset di Bali, dari hasil itu bisa selesaikan kewajiban kepada kreditur, sisa asetnya ada sembilan pabrik pemintalan," ungkap Dikdik.

Selain yang dalam penanganan PPA, masih terdapat beberapa perusahaan BUMN yang tercatat rugi. Sebut saja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk juga tercatat mengalami kerugian pada triwulan III atau 9 bulan pertama tahun 2019 mencapai US$ 211,912 juta atau setara Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.000).

Lalu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk juga mencatatkan kerugian di 2018 sebesar US$ 175,028 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun (kurs Rp 14.000).
Hide Ads