Bambang juga menyebutkan bahwa kereta garapan INKA memiliki komponen dalam negeri yang tinggi. Dia mengatakan hingga saat ini hanya motor penggerak dan remnya saja yang impor. Badan gerbong dan lainnya sudah digarap sendiri oleh INKA.
"Kami tidak melihat persentase. Utamanya kalau lihat gerbong, khususnya yang gerbong lokomotifnya, motor listrik dan remnya aja yang masih impor. Sisanya sudah dibuat sendiri," ucap Bambang usai menjajal LRT di Stasiun Harjamukti, Depok, Kamis (28/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengatakan teknologi kereta LRT pun cangih, dia mengatakan kereta INKA sudah menggunakan teknologi level tiga yang lebih baik dari kereta MRT Jakarta garapan Jepang.
"Kalau kita lihat dari gerbongnya, ini informasi dari INKA, teknologi yang dipakai di MRT itu masih level dua, ini (kereta LRT) sudah level tiga," ucap Bambang.
Bambang juga mengatakan kereta LRT akan dioperasikan driverless alias tanpa masinis. Operasionalnya akan diatur di pusat kendali yang berada di depo.
"Jadi LRT ini nantinya bisa juga dioperasikan tanpa driver atau tanpa masinis. Jadi diatur dari pusat operasi, jadi intinya kita sudah punya teknologi bahkan sampai driverless train ya," ucap Bambang.
Dari catatan detikcom, sistem persinyalan LRT Jabodebek didukung dengan teknologi moving block dan software dari Siemens AG Jerman. Dengan sistem tersebut, kereta yang digunakan LRT Jabodebek bisa memangkas waktu tunggu antarkereta menjadi 2-3 menit saja.
Pengoperasian kereta juga akan diatur perjalanannya secara otomatis mulai dari pergerakannya, kecepatannya, hingga waktu berhentinya. Hal ini membuat pengoperasian LRT Jabodebek bisa didesain tanpa masinis
Kecanggihan lainnya yang dibawa oleh LRT Jabodebek adalah pergerakannya yang elektrik dengan daya yang diambil dari bawah (Listrik Aliran Bawah) menggunakan third rail. Third rail atau rel ketiga ditandai dengan adanya tambahan rel atau rel konduktor di lintasan rel.
(dna/dna)