Hasil Survei: Orang Indonesia Belanja Online 5 Kali/Bulan

Hasil Survei: Orang Indonesia Belanja Online 5 Kali/Bulan

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 01 Des 2019 19:45 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Industri e-commerce alias situs jual beli online kian berkembang di tanah air. Hal ini terjadi berkat tingginya minat belanja masyarakat yang tergiur dengan berbagai kemudahan layanan belanja online.

Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukan Perusahaan teknologi e-commerce, SIRCLO menunjukkan rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3-5 kali dalam satu bulan, dan menghabiskan hingga 15% dari pendapatan bulanan mereka.

Menariknya, dalam laporan berjudul 'Navigating Market Opportunities in Indonesia's E-Commerce' SIRCLO mengungkapkan bahwa konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka," jelas Founder dan Chief Executive Officer SIRCLO, Brian Marshal, Minggu (1/12/2019).



Pembayaran Pakai Dompet Digital Kian Marak
Lebih lanjut ia memaparkan, hingga saat ini, metode pembayaran paling populer dalam berbelanja online adalah melalui bank transfer (48%) dan kartu debit/kredit (21%). Melalui hasil riset yang sama, SIRCLO juga menemukan bahwa 20% menggunakan metode e-wallet untuk melakukan pembayaran.

Ini menunjukkan pesatnya adopsi metode pembayaran e-wallet atau dompet digital di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017.

Menurut data yang terkumpul dalam laporan SIRCLO, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$ 15 miliar (Rp 210 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022, menyentuh angka US$ 65 miliar (Rp 910 triliun).

"Berdasarkan beberapa sumber laporan, hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8% penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24% di tahun 2022," tambah Brian.

Industri e-commerce Indonesia juga berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital di tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60% di tahun 2025.

Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar (Rp 294 triliun), mengalahkan sektor ekonomi digital lain, seperti pariwisata online (US$10 miliar atau Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (US$6 miliar atau Rp 84 triliun).

Nilai ini pun diprediksi akan meningkat hingga US$82 miliar (Rp 1.148 triliun) pada tahun 2025.



Tantangan Industri e-Commerce
Namun, laporan dari SIRCLO juga menggarisbawahi beberapa tantangan dalam sektor e- commerce di tanah air.

Tantangan-tantangan tersebut diantaranya adalah:

1) industri e- commerce yang kompetitif dan rawan 'membakar uang' demi menggaet konsumen,

2) masih banyaknya populasi yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet,

3) layanan logistik yang mahal dan kurang kompeten,

4) kurangnya SDM yang relevan, terutama dari di bidang sains, teknik, dan matematika; yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi.


Simak Video "Video idEA ke Pemerintah: Tolong Perhatikan, E-Commerce Masih Penuh Tekanan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads