Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam paparannya menyebut Indonesia bisa keluar dari jebakan berpendapatan menengah pada 2036 karena memiliki kapasitas populasi produktif yang besar dan perkembangan teknologi digital yang pesat.
"Jika lihat data, pendapatan per kapita Indonesia berada di antara US$ 3.500-4.000 untuk beberapa tahun. Saat kita bicara middle income trap biasanya orang akan berpikir tentang pendapatan per kapita di level, mungkin US$ 9.000-10.000," katanya dalam Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED), Nusa Dua, Bali Kamis (5/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Indonesia baru bisa menjadi negara maju pada 2045. Untuk itu, Indonesia masih membutuhkan pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, hingga pengembangan teknologi.
Ia menjelaskan saat ini Indonesia masih menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan di kisaran 5% dengan kualitas pertumbuhan yang semakin membaik di tengah kondisi global yang tak menentu.
"Ini dibuktikan dengan kondisi ekonomi global. Sejak awal 2019, kita mencoba untuk bisa meraih 5,2%, tapi sekarang sekitar 5,0%. Dari 5,2% ke 5,0%. Kita mencoba menjaga, tapi itu belum cukup untuk kita," katanya.
"Dengan 5% pertumbuhan ekonomi, para ekonom di ruangan ini pasti akan mengerti bahwa dengan apa yang terjadi di dunia, maka pertumbuhan 5% adalah angka yang tinggi. Dua tahun lalu India 7%, sekarang India ke 5%. Brexit tetap menjadi tantangan, perang dagang AS dan China juga masih jadi tantangan," sambung Suahasil.
Untuk meraih capaian tersebut, Suahasil mengatakan, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode kedua ini masih akan terus mendorong pembangunan infrastruktur hingga mendorong pengembangan sumber daya manusia.
"Lima tahun pertama fokus Presiden Jokowi bangun infras untuk memperbaiki modal. Memperbaiki kondisi infrastruktur Indonesia, memperbaiki modal Indonesia. Dan saya percaya jika Anda lihat, Presiden Jokowi juga memasukkan pembangunan SDM jadi prioritas," jelas Suahasil.
"Dan, jika kau lihat yang lainnya, memangkas regulasi, membuat birokrasi lebih efisien dan transformasi ekonomi. Saya pikir ini semua untuk bisa meningkatkan daya saing dan produktivitas," tuturnya.
(fdl/dna)