Hal itu diungkapkan Jokowi saat meresmikan pabrik baru polyethylene milik Chandra Asri senilai US$ 380 juta atau setara Rp 5,3 triliun di Cilegon, Banten.
"Salah satu masalah besar yang dihadapi negara kita adalah defisit transaksi berjalan juga defisit perdagangan, karena apa? Barang-barang yang kita produksi di dalam negeri bahan bakunya kebanyakan masih impor, termasuk paling besar adalah petrokimia dan juga namanya impor minyak dan gas (migas), yang paling besar dan memberatkan neraca dagang kita," kata Jokowi di kawasan pabrik Chandra Asri, Cilegon, Banten, Jumat (6/13/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan beroperasinya pabrik baru ini, Jokowi berharap masalah tekor neraca dagang dan defisit transaksi berjalan nasional dapat diselesaikan.
"Investasi penanaman modal terus menerus di bidang ini harus kita berikan ruang, agar nantinya impor petrokimia stop, dan kita ekspor. Feeling saya 4-5 tahun lagi kita nggak impor bahan-bahan petrokimia," jelasnya.
Jokowi mencatat, kebutuhan poylethylene nasional sebesar 2,3 juta ton sedangkan jumlah produksi yang ada batu mencpai 736 ribu ton. Sehingga, impornya masih 1,52 juta ton. Jika dilihat nilainya sektor petrokimia defisit Rp 193 triliun.
Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra mengatakan pembangunan kawasan pabrik kedua ini dilakukan selama empat tahun ke depan.
"Kami fokus mengembangkan komplek kedua, memerlukan investasi Rp 60-Rp 80 triliun yang akan selesai dalam 4 tahun, komplek Chandra Asri dapat mengurangi ketergantungan impor," ujarnya.
(hek/zlf)