Sederet PR Dirut Baru Bank Mandiri

Sederet PR Dirut Baru Bank Mandiri

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 10 Des 2019 05:32 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) punya direktur utama baru, yakni Royke Tumilaar yang menggantikan posisi Kartika Wirjoatmodjo yang menjadi wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Royke sebagai bos baru bank pelat merah ini. Mulai dari ekonomi domestik sampai global.

Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menjelaskan, target pertumbuhan penyaluran kredit di tahun depan tidak terlepas dari kondisi ekonomi global yang sedang mengalami gejolak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia ekonomi yang tengah melemah membuat pertumbuhan kredit tak setinggi tahun-tahun sebelumnya.

"Pertumbuhan kredit targetnya mencoba untuk tumbuh dekati 10%. Lihat ekonomi saat ini juga tahu diri, kami targetkan 9%-10%. Sudah enggak bisa seperti tahun-tahun sebelumnya yang tumbuh 14%-16%," kata dia dalam konferensi pers hasil RUPSLB di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Adapun hingga kuartal III-2019 Bank Mandiri mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,78% atau telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 841,9 triliun. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan September 2018 yang mampu tumbuh sebesar 13,8%.

Dia menjelaskan, pertumbuhan kredit di tahun depan bakal ditopang segmen ritel atau konsumer. Memang rencananya bergeser dari segmen korporasi yang saat ini masih mendominasi penyaluran kredit.

"Kami akan coba cari keseimbangan marginnya yang bagus, risiko juga enggak terlalu tinggi, itu kita coba shifting kesana, supaya pertumbuhannya berkelanjutan ke depan. Kami lihat korporasi beberapa tahun terakhir cukup tinggi, nah kami akan coba membawa korporasi itu kolaborasi dengan ritel," imbuh dia.

Seiring dengan proyeksi kredit tahun depan, Royke juga mengaku berat untuk penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh dobel digit di tahun 2019. Menurutnya, kredit akan tumbuh di kisaran 9% hingga akhir tahun.

"Berusaha untuk capai 10%, tapi kayaknya berat, mungkin sekitar 9% sudah bagus," tambahnya.

Pelemahan ekonomi diakui Royke membuat tertekan kinerja korporasi sehingga penyaluran pembiayaan pun tersendat, lantaran korporasi juga kini banyak yang memilih untuk menahan ekspansi. Padahal kredit korporasi mengambil peran besar dalam penyaluran kredit Bank Mandiri.

"Korporasi sudah relatif berat growth-nya, kan lihat juga beberapa BUMN sedang konsolidasi, lagi ada perbaikan. Mau shifting ke swastanya juga masih wait and see, ini kan sulit," ungkap dia.

Apa strategi Royke?

Ada sejumlah strategi yang akan dilakukan Royke untuk peningkatan bisnis perseroan ke depan.

Misalnya dengan memperkuat wholesale dan ritel banking. "Saya tidak terlalu banyak mengubah kebijakan yang dibuat oleh pak Tiko, karena sebelumnya saya juga ada dalam tim manajemen kebijakan itu," kata Royke dalam konferensi pers hasil RUPSLB di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Dia menjelaskan saat ini memang kolaborasi wholesale banking dan ritel harus diperkuat karena masih banyak celah yang harus digarap oleh perseroan.

Dia mencontohkan, seperti payroll klien yang saat ini baru mencapai 10-15%. Bank Mandiri akan membidik segmen-segmen tersebut untuk mendorong pertumbuhan.

Kemudian untuk anak usaha, Royke menyebut Bank Syariah Mandiri disiapkan untuk melakukan initial public offering pada 1-2 tahun kemudian. "BSM itu 1-2 tahun, tergantung kesiapan mereka IPO, mudah mudahan (tahun depan)," jelas dia.

Selain itu, Bank Mandiri juga fokus mengembangkan digital banking. "Digital banking itu tidak bisa lepas, kalau kita tidak transformasi mungkin bank akan hilang ke depan. Apalagi dengan banyaknya pembayaran-pembayaran yang dari luar negeri masuk ke sini," kata Royke.

Dia mengungkapkan bank harus secara bertahap untuk beralih ke digital. Harus dilihat prioritas untuk transformasi, bisa diawali dari sisi kartu kredit, tabungan dan deposito.

Menurut Royke saat ini bank sudah memiliki roadmap untuk peralihan ke bank digital. Dimulai dari produk ritel banking.

"Sekarang aja udah kerasa, pembukaan cabang sudah berkurang. Dulu 4 tahun lalu bisa buka 50-70 cabang dalam satu tahun. Sekarang buka cabang tapi tidak sebanyak dulu karena costnya besar," imbuh dia.

Hingga kuartal III 2019, Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang sangat baik, dimana pertumbuhan rata-rata kredit konsolidasi mencapai 11,5% (YoY) atau mencapai Rp806,8 triliun pada September 2019. Pertumbuhan kredit tersebut dibarengi dengan perbaikan kualitas, dimana rasio NPL gross turun 48 bps menjadi hanya 2,53% dibandingkan September tahun lalu. Perbaikan ini membuat Bank Mandiri dapat menurunkan biaya CKPN sebesar 6,27%.

Laju pertumbuhan kredit yang berkualitas dan pengendalian biaya operasional melalui dukungan otomatisasi serta digitalisasi mampu mendorong kinerja perseroan hingga mencetak laba hingga Rp20,3 triliun, naik 11,9% dibandingkan pencapaian pada periode yang sama di tahun lalu.


Sederet PR Dirut Baru Bank Mandiri

Hide Ads