Jakarta - World Bank (Bank Dunia) kembali merilis data laporan perekonomian kuartalan Indonesia. Seperti biasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diundang menjadi pembicara.
Dalam laporannya, Bank Dunia juga mengeluarkan proyeksi perekonomian Indonesia hingga akhir tahun masih cenderung melandai. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 hanya tumbuh 5%. Prediksi itu juga melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di 2018 sebesar 5,17%.
Sri Mulyani yang hadir dalam acara ini pun turut memberikan tanggapan. Dalam pidatonya dia menekankan bahwa kondisi ketidakpastian yang membuat ekonomi RI sedikit melambat pertumbuhannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini perkiraan kami akan ada pertumbuhan ekonomi 5%. Sedikit melambat dari tahun sebelumnya 5,2%," kata Lead Economist World Bank Indonesia Frederico Gil Sander di Energy Building, Rabu (11/12/2019).
Frederico menerangkan, tahun ini memang cukup berat bagi perekonomian Indonesia. Gejolak perekonomian global membuat pertumbuhan investasi mengalami pelemahan lebih lanjut akibat penurunan harga komoditas yang signifikan dan ketidakpastian politik.
Konsumsi total yang jadi motor terbesar pertumbuhan ekonomi juga melambat. Melemahnya permintaan domestik menyebabkan penurunan impor dalam jumlah besar, yang mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut.
"Adanya trade shock. Jadi harga barang yang diekspor Indonesia turun dibandingkan dengan barang yang diimpor Indonesia," tambahnya.
Untuk 2020, Bank Dunia memperkirakan perekonomian Indonesia sedikit membaik dengan proyeksi pertumbuhan 5,1% pada 2020. Proyeksi ini didasarkan pada berkurangnya ketegangan perdagangan internasional dan berkurangnya ketidakpastian politik dalam negeri.
Namun risiko terhadap proyeksi pertumbuhan nasional masih signifikan. Ketegangan perdagangan yang berkepanjangan bisa membawa risiko bagi harga komoditas dan sentimen bisnis global. Risiko pelambatan ekonomi Tiongkok lebih lanjut juga berpotensi mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Lalu apa kata Sri Mulyani?
Saat giliran berpidato, Sri Mulyani menekankan bahwa sepanjang pidatonya akan berbicara kondisi ketidakpastian dunia. Sehingga memberikan tekanan terhadap ekonomi global yang juga berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia.
"Jadi Anda akan banyak mendengar saya mengeluarkan kata ketidakpastian di pidato saya yang juga tidak pasti ini," ujarnya sambil berkelakar.
Dia menjelaskan, ketidakpastian yang dimaksud adalah berdasarkan peristiwa yang terjadi, baik dari sisi keamanan, perselisihan antar negara hingga faktor alam seperti bencana.
"Ketidakpastian ini jelas berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi dan kebijakan ekonomi. Untuk 2019 sebelumnya semua memprediksi tahun ini akan jadi tahun paling cemerlang setelah krisis ekonomi global (2008). Tapi kenyataannya setiap kuartal di 2019 prediksi pertumbuhan ekonomi ini terus dikoreksi," ujarnya.
Hampir semua lembaga dunia seperti IMF dan termasuk Bank Dunia terus mengkoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2019. Itu artinya semua pihak juga merasakan ketidakpastian yang terjadi.
"Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sudah dikoreksi 0,7% dan 0,7% PDB global itu setara dengan PDB Afrika Selatan. Itu potensi yang hilang di tingkat global," terangnya.
Meski sedikit menyalahkan keadaan, Sri Mulyani menilai kondisi ekonomi Indonesia terbilang cukup tangguh. Ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh stabil di 5% di tengah turunnya pertumbuhan ekonomi negara lain yang cukup dalam.
"Komposisi pertumbuhan misalnya masih dipengaruhi pelemahan global. Tapi di saat yang sama kami memberikan respons dengan kebijakan," tutupnya.
Simak Video "Video: Jumlah Angka Kemiskinan RI Meledak Versi Bank Dunia"
[Gambas:Video 20detik]