Yang unik, pendapatan non tiket yang berasal dari iklan, penamaan stasiun, retail yang sebelumnya diasumsikan hanya menambah pemasukan maksimum 50% dari pendapatan tiket, justru berhasil menjadi berlipat-lipat jumlahnya.
Business Development Director MRT Jakarta, Ghamal Peris mengatakan ada beberapa gebrakan drastis yang dilakukan di dalam tim bisnis. Perubahan tersebut adalah mengubah mindset alias pola pikir perusahaan menuju ke hasil bukan hanya proses semata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah awal yang dilakukan Ghamal adalah mulai merombak tim, melakukan pelatihan coaching value proposition selling hingga menerbitkan aturan yang mewajibkan sales representative untuk melakukan sales visit tiap harinya.
"Proses bisnis harus disesuaikan untuk mencapai hasil yang maksimal. Prinsip yang saya pegang adalah transparansi dan ketidakberpihakan. Saya jelaskan ke tim bahwa kita hanya berpihak kepada yang bisa memberikan revenue terbesar. Just follow the money" ujar Ghamal.
Gebrakan ini dinilai cukup signifikan, hasil penjualan meningkat di berbagai lini bahkan ada yang mencapai lebih dari tiga kali lipat dibandingkan metode yang sebelumnya. Bahkan, capaian pendapatan non tiket MRT juga diakui oleh salah satu lembaga internasional.
"Dalam salah satu pertemuan regional di Bangkok, mereka heran melihat pendapatan non tiket bisa melampaui pendapatan tiket. Karena mereka cukup paham dengan kinerja operator berbasis rel yang ada di negara tetangga seperti Malaysia, Filipina dan Thailand," kata Gamal.
Jadi Rujukan Moda Transportasi Rel
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub juga pernah meminta salah satu operator berbasis rel lain untuk belajar cara meningkatkan pendapatan di luar tiket, meskipun sebagai perusahaan berbasis rel tentunya bisnis inti adalah pelayanan penumpang. Menurut Gamal, bisnis perkeretaapian kalau hanya mengandalkan penumpang sifatnya rawan dan cenderung terpengaruh dengan kebijakan pemerintah. Misalnya, ada kebijakan ganjil genap bisa membuat penumpang bertambah.
"Pelayanan penumpang harus tetap nomor satu, ini tidak bisa dikompromikan. Namun kita pun tidak boleh terus terlena dengan pasar yang sudah captive. Business model di tahun pertama sudah evolving ke non tiket. Saya terinspirasi oleh start up yang cukup lincah dan tangguh (agile) dan bisa mengubah model bisnis secara cepat. Walau tentunya kita tidak bisa se-ekstrim start up, tapi prinsipnya kurang lebih sama," kata Gamal.
"Jangan terpaku pada model bisnis yang sulit untuk di-leverage. Bisnis harus pragmatis" lanjutnya.
![]() |
Melalui pendekatan bisnis yang dilakukan, MRT pun berani memasang target pendapatan non-tiket di 2020 mencapai hampir 200% dari realisasi 2019.
Untuk menjaga bisnis non tiket tetap berjalan baik, Gamal mengatakan akan menerapkan multi years contract alias kontrak jangka panjang pada pihak yang bekerja sama dalam bisnis non tiket. Dengan begitu, MRT akan tetap sehat siapapun nanti ke depannya yang akan memegang tongkat komando.
MRT Mau Bikin TOD
Dengan sukses meraih pendapatan di non tiket, ternyata model bisnis tidak serta merta terus bergantung dengan pendapatan non tiket. Untuk itu, Gamal mengatakan MRT akan mengembangkan kawasan Transit Oriented Development (TOD).
"Tidak boleh pasif, harus terus berevolusi. Selain kita menciptakan business model Non Tiket di 2019, kita juga menginvestasikan banyak waktu utk business model baru yang akan menjadi the next big thing di 2020, yaitu TOD," sebut Gamal.
TOD adalah pembangunan berorientasi transit yang dilakukan di radius 700 meter dari stasiun. Idenya, dimulai dari keresahan MRT akan naiknya harga tanah di sekitar stasiun yang justru tidak bisa dirasakan manfaatnya oleh MRT.
"Ide ini sebenarnya berawal dari keresahan. Dengan adanya MRT, nilai property di sekitar stasiun bisa naik hingga lebih dari 2 kali lipat. Sementara MRT sebagai value creator dari peningkatan properti tersebut ternyata tidak mendapatkan apa-apa," ucap Gamal.
Untuk menguntungkan MRT dan semua pihak maka Gamal mengusulkan untuk membuat kawasan TOD. Nantinya, baik developer maupun MRT Jakarta akan sama-sama mendapatkan keuntungan.
"Maka MRT mengusulkan kepada pemerintah provinsi agar diberikan hak pengelolaan kawasan TOD di seputar stasiun MRT. Dengan adanya MRT masuk di satu daerah maka dimungkinkan adanya penambahan intensitas bangunan yang salah satunya melalui penambahan ketinggian lantai," ucap Gamal.
"Untuk mendapatkan penambahan lantai maka developer diminta untuk membagi sebagian potensi keuntungan ini dalam bentuk kompensasi untuk pembangunan infrastruktur kawasan," lanjutnya.
Terobosan ini disambut baik oleh developer kawasan TOD dan mendapat dukungan dari pemerintah provinsi. Bisnis ini disebut Gamal akan menambah pendapatan hingga triliunan rupiah.
"This business model will break all the metrics. Potensi pendapatan bisa mencapai triliunan rupiah. Bahkan ke depannya sangat dimungkinkan untuk membangun jalur melalui mekanisme ini," ucap Ghamal.
![]() |
"Jadi rahasianya agar bisa melesat adalah bisnis MRTJ harus selalu berorientasi kepada hasil dan business model harus terus berkembang", tutup Ghamal