Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengaku tak sepakat jika masuknya investor baru dikaitkan dengan bakar uang. Sebagai start up, OVO membutuhkan modal tambahan untuk ekspansi.
"Saya juga kan punya start up juga Barekasa. Itu proses wajar, yang namanya founder prosesnya begitu cepat. Kenapa investor kita undang, pertama, butuh capital. Kedua, butuh teknologi dan know how. Ini bukan karena nggak setuju. Ada kebutuhan ekspansi," ujarnya di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karaniya juga menampik bahwa OVO hanya bakar duit. Dirinya pun memaparkan pertumbuhan bisnis OVO, mulai dari jumlah pengguna hingga perputaran uang di OVO.
"Pertumbuhan OVO kan besar sekali. Year on year jumlah MAU (monthly active user) naik 12 kali, jumlah TPV (total purchased value) naik 19 kali, total SV (Stored Value), jumlah dana yang disimpan di wallet OVO 7-8 kali. Ini data Oktober year on year. Revenue kita juga bertumbuh hampir 19 kali. Kalau dibilang ini bakar duit, nggak," terangnya.
Pendiri sekaligus Chairman Grup Lippo Mochtar Riady sebelumnya mengakui bahwa pihaknya akan melepas saham di OVO.
"Bukan melepas, adalah kita menjual sebagian. Sekarang kita tinggal sekitar 30-an persen atau satu pertiga. jadi dua pertiga kita jual," ujar Mochtar dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC), Kamis (28/11/2019) dikutip dari CNBC Indonesia.
Baca juga: Berkaca dari OVO, Bakar Uang Bikin Rugi? |
Bukan tanpa alasan, Mochtar mengatakan, Lippo melepas sebagian sahamnya karena tak kuat terus membakar duit untuk kegiatan promosi.
"Terus bakar uang, bagaimana kita kuat?" tutur Mochtar.
Bakar duit sendiri merupakan istilah yang kerap disebut dalam pengembangan perusahaan rintisan atau startup.
(das/das)