Kebetulan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspo impor November 2019. Menurut catatan BPS, neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 negatif US$ 1,33 miliar. Angka tersebut berasal dari ekspor November 2019 sebesar US$ 14,01 miliar dan impor sebesar US$ 15,34 miliar.
"Kalau dibandingkan nilai ekspor berarti November defisit cukup dalam US$ 1,33 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12/2019)..
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi Jengkel: Dikit-dikit Impor!
Foto: Presiden Jokowi (Kris-Biro Pers Setpres)
|
"Kita ini berpuluh tahun memiliki masalah besar yang namanya defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan gara-gara impor kita lebih besar dari ekspor kita. Dikit-dikit ngimpor, dikit-dikit ngimpor," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (16/12/2019).
Hal itu dia sampaikan dalam Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Impor paling besar ini disumbangkan oleh energi dan barang modal maupun bahan baku. Namun untuk barang modal dan bahan baku, dirinya tak mempermasalahkan lantaran bisa diekspor kembali.
"Sebenarnya barang modal dan bahan baku nggak apa-apa karena bisa kita reekspor. Tapi yang berkaitan dengan energi sudah luar biasa. Minyak yang dulunya kita nggak impor, sekarang impor," ujarnya.
Baca selengkapnya di sini: Jengkel Neraca Dagang Tekor Melulu, Jokowi: Dikit-dikit Impor!
Tol Japek Layang Bergelombang
Foto: Rengga Sancaya
|
Bukan tanpa alasan, Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC) Prajudi mengatakan, tol ini dibuat naik turun karena mengikuti struktur yang ada di bawahnya.
Dia menerangkan, pembangunan Tol Layang sebenarnya diupayakan tidak terlalu tinggi dibanding dengan jalan yang sudah ada (eksisting). Namun, karena mesti melewati jembatan lain maka mau tak mau Tol Layang juga ditinggikan.
"Sebenarnya kita sedapat mungkin tidak terlalu tinggi dari badan jalan eksisting, cuma pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang kelihatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan," ujarnya di Simpang Susun Cikunir, Bekasi, kemarin (15/12/2019).
Baca selengkapnya di sini: Tol Japek Layang Bergelombang, Aman Nggak Sih?
Ratu Apotek Berharta Rp 16 T
Foto: Dok. Forbes
|
Vivian adalah anak tertua dari Mariano Que, pendiri Mercury Drug. Mengikuti bidang yang digeluti ayahnya, Vivian pun mengambil jurusan kuliah farmasi di Universitas Santo Thomas.
Vivian yang memperoleh predikat cumlaude atau lulusan terbaik juga tak butuh waktu lama untuk memperoleh hasil ujian lisensi farmasi. Usai memperoleh lisensi, Vivian langsung mempelajari rantai distribusi pengecer farmasi.
Di bawah pengawasan langsung dari Dr. Que, ia belajar bisnis dan meningkatkan kariernya, mulai dari pergudangan hingga distribusi, dari inventaris dan pengendalian stok hingga operasi toko, tak lupa juga perdagangan hingga pemasaran, pengembangan dan pelatihan SDM hingga penelitian, keuangan, dan manajemen keseluruhan untuk mempersiapkan dirinya ketika mendapat jabatan tinggi di perusahaan.
Baca selengkapnya di sini: Ratu Apotek Berharta Rp 16 Triliun
Neraca Dagang Tekor US$ 1,3 Miliar
Ilustrasi ekspor impor/Foto: Pradita Utama
|
Demikian disampaikan oleh Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (16/12/2019).
"Kalau dibandingkan nilai ekspor berarti November defisit cukup dalam US$ 1,33 miliar," katanya.
Dengan total nilai impor US$ 15,34 miliar, maka dibandingkan Oktober 2019 impor naik 3,94%. Peningkatan impor terjadi baik di komoditas migas maupun non migas.
Baca selengkapnya di sini: Ekspor Lesu, Neraca Dagang RI Tekor US$ 1,33 Miliar
Kisah Tragis Pinjol
Foto: detik
|
Melansir dari straitstimes.com pada Senin (16/12/2019), seorang insinyur telekomunikasi bernama Peng Jiezhao harus mengalami kejadian tak mengenakkan usai berutang dari situs pinjol Tiongkok untuk membeli smartphone baru dan sneakers. Awalnya ia hanya meminjam sebanyak 300 yuan atau sekitar Rp 600 ribu (dengan kurs Rp 2.000/yuan).
Namun pinjaman tersebut malah menyeretnya ke dalam 'jurang maut'. Entah karena ketagihan berutang atau sulit membayar, dia kemudian terjerat pinjol yang lain. Dia pada akhirnya meminjam ke 20 penyedia layanan pinjol.
Utangnya menggunung hingga 100.000 yuan atau sekitar Rp 200 juta!
"Tidak peduli berapa banyak uang yang saya hasilkan, saya tidak memiliki apa pun yang tersisa untuk diri saya sendiri dan harus menggunakan hampir semuanya untuk melunasi utang," kata Peng.
Baca selengkapnya di sini: Kisah Tragis Korban Pinjol: Pinjam Rp 600 Ribu Harus Bayar Rp 200 Juta
Halaman 2 dari 6