Apa yang Bikin Realisasi Energi Terbarukan RI Memble?

Apa yang Bikin Realisasi Energi Terbarukan RI Memble?

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 17 Des 2019 14:26 WIB
Realisasi tambahan energi baru terbarukan di RI terbilang memble. Foto: Pradita Utama
Jakarta - Penambahan kapasitas energi terbarukan di Indonesia terbilang memble. Hingga akhir 2019, Indonesia baru mampu mencapai 385 Mega Watt (MW) dari target 45 Giga Watt (GW) yang dicatatkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2025.

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengungkapkan rendahnya realisasi tambahan energi baru terbarukan ini tak lepas dari rendahnya realisasi investasi untuk pengembangan energi terbarukan ini. Menurut Fabby hingga kini nilai investasi di sektor energi baru terbarukan belum mencapai target.

"Investasi energi terbarukan terus turun dan ada di bawah target yang sebenarnya dicanangkan dalam RPJMN maupun RENSTRA Kementerian ESDM pada tahun 2015," ujar Fabby dalam acara peluncuran laporan tahunan Indonesia Clean Energy Outlook (ICEO) di The Energy, SCBD, Jakarta, Selasa (17/12/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Capaian target investasi energi terbarukan tahun ini baru mencapai US$ 1,17 juta dari total target senilai US$ 1,8 juta. Selain tak capai target, 5 proyek dari total 75 proyek energi terbarukan yang telah menandatangani Power Purchase Agreements (PPAs) bahkan tercatat sudah diterminasi.

"Dan sejumlah proyek ET yang telah menandatangani PPA 2017-2018 masih mengalami kesulitan financial close," sambungnya.

Ia melanjutkan, masalah utama yang dihadapi terkait rendahnya minat investasi adalah karena regulasi yang ditawarkan pemerintah dianggap kurang menarik di mata investor.

"Adapun yang menjadi pangkal sebab lambannya pengembangan energi terbarukan dalam negeri ini adalah karena kebijakan dan regulasi yang tidak menarik bagi investor dan juga pengembang," tutur dia.


Selain itu, kemampuan finansial proyek yang juga kurang menjanjikan membuat beberapa proyek yang sudah diteken malah berujung dibatalkan oleh investor.

"Bankability proyek yang belum stabil sehingga membuat proyek-proyek yang sudah PPA (Power Purchase Agreements) pun sukar mendapatkan pendanaan dari perbankan dan dari lembaga keuangan," tuturnya.

Terakhir, tahun politik yang dilalui sepanjang tahun 2019 Indonesia pun turut mempengaruhi.

"Tahun politik, yang di tahun ini kita mengalami pemilihan umum, sehingga membuat para pelaku usaha dan investor itu kebanyakan memilih wait and see," imbuhnya.


(dna/dna)

Hide Ads