Peningkatan jumlah penderita katarak turut menyumbang lost economic potential atau potensi ekonomi yang hilang hingga Rp 84 triliun per tahunnya. Angka ini dihitung berdasarkan nilai produktivitas hingga risiko yang didapat ketika seseorang menderita katarak.
"Kami menghitung kualitas hidup (Quality of Life), kalau matanya baik saya bisa datang ke sini tanpa perlu ditemani. Tapi kalau dia buta karena katarak, cahaya yang dapat dilihat atau light perception itu bisa turun sampai 0,261. Berarti kita nggak bisa apa-apa. Bayangkan kalau ada cahaya lampu 100% orang katarak cuma bisa lihat 25% saja," ungkap Mantan Menteri Kesehatan Kabinet Kerja ini di RSUD Al-Ihsan, Kabupaten Bandung, Rabu (18/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya akan jatuh, luka, patah kaki (karena katarak itu). Kami coba hitung dari kualitas saja. Kalau tidak dilakukan operasi pemerintah bisa kehilangan Rp 84 triliun karena penderita tidak bisa produktif lagi. Kan rugi kita. Belum lagi kalau dia kecelakaan dan tidak punya BPJS. Berapa biaya yang harus dia keluarkan lagi? (Buat berobat)," terangnya.
Untuk itu, diperlukan langkah yang konkrit guna menurunkan angka potensi ekonomi yang hilang dari buta akibat katarak. Sebagai mantan pejabat pemerintahan, Nila menyadari kalau pemangku kepentingan tidak bisa berjalan sendiri.
Maka, diperlukan kesadaran dari sisi masyarakat maupun dunia usaha lewat donasi atau kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
"Karena itu, kami sebenarnya sudah lama melakukan bakti sosial di Perdami tapi kami tidak bisa bekerja sendiri, harus bekerja sama. Salah satu yang memberi perhatian yakni PT Sido Muncul. Saya kira ini merupakan sosialisasi juga bahwa operasi katarak ini sekaligus membantu orang yang tidak mengerti sehingga mereka takut. Dan itu lukanya tidak besar, juga memungkinkan tidak pakai jahitan," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) Irwan Hidayat menuturkan pihaknya akan terus berkomitmen untuk melakukan bakti sosial yakni operasi katarak gratis.
"Yang sulit itu mencari pasien, 10 tahun lalu kita menargetkan 5.000 yang berhasil sampai operasi ada 3.000 karena kebanyakan takut, sekarang sudah tidak," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.
Paling tidak, kata Irwan, saat ini masyarakat sudah sadar kalau operasi katarak itu tidak sakit, tidak bayar dan bisa melihat lagi. "Saya berharap makin lama makin banyak orang yang mau operasi katarak," ujarnya.
Irwan juga mengatakan selain operasi katarak, Sido Muncul juga memiliki kegiatan CSR lain berupa rumah singgah bagi penyintas kanker, operasi bibir sumbing, serta lansia.
(ujm/dna)