Tarif ojol asal Rusia ini memang kelewat murah. Bahkan sampai menyalahi aturan yang ada. Maksudnya, tarif batas bawah dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 tahun 2019.
Praktek yang dilakukan Maxim membuat banyak driver ojol geram. Ujungnya, para driver naik darah dan menggerebek kantor Maxim hingga Dinas Perhubungan di Solo, Jawa Tengah. Mereka melakukan aksi menuntut keadilan tarif, malah kalau perlu Maxim diblokir pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari catatan detikcom, di Solo, Maxim mematok tarif minimal Rp 3 ribu sekali jalan. Jumlah ini jauh lebih kecil dari yang diterapkan Gojek dan Grab yang mematok tarif minimal sebesar Rp 7-10 ribu.
Dalam Kepmenhub 348 tahun 2019 sendiri diatur empat zona tarif. Solo sendiri masuk dalam Zona I dengan wilayah Sumatra, Jawa, Bali kecuali Jabodetabek. Dengan tarif Rp 1.850-2.300 per km, dan biaya minimal Rp 7.000-10.000. Kalau dibandingkan dengan aturan ini, sudah jelas tarif minimal Maxim melanggar aturan.
Menurut para driver, praktek tarif murah yang dilakukan Maxim dikhawatirkan memicu terjadinya perang tarif antar aplikator. Padahal, soal tarif sudah jelas dan tegas diatur oleh Kementerian Perhubungan.
"Garda sendiri keberatan dengan tarif yang dikenakan Maxim yang melanggar regulasi, karena kami tidak ingin adanya perang tarif kembali. Jangan sampai ada perang tarif kembali antar perusahaan aplikasi, karena pemerintah sudah mengatur regulasi," kata Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, saat dihubungi detikcom, Selasa (24/12/2019).
Igun juga mengaku masih banyak pengemudi alias driver Maxim yang belum tergabung ke dalam asosiasi. Mereka canggung dengan kebijakan yang diterapkan oleh perusahaannya. Khususnya, soal tarif yang kelewat murah.
"Betul faktor utamanya mereka canggung karena tarif mereka lebih murah dibandingkan dua aplikator besar, sehingga mereka sendiri canggung untuk berbaur," ungkap Igun.
Maxim sendiri kini sudah menyesuaikan tarifnya usai diprotes habis-habisan oleh para driver ojol. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjamin tarif yang dipatok ojol Rusia ini sudah sesuai aturan.
"Sudah menyesuaikan, karena dia harus ke Rusia dulu, terus Maxim menyesuaikan. Iya (tarifnya) sesuai dengan standar kita," ujar Budi Karya di Terminal Kampung Rambutan, Minggu (22/12/2019).
Budi Karya sendiri tidak mempermasalahkan kemunculan Maxim. Menurutnya, semakin banyak persaingan semakin baik. Yang penting, semua operator ojek online bisa bersaing dengan sehat.
"Kalau menurut saya makin banyak operator makin baik ya. Tapi kita juga tidak mau operator itu saling bunuh dengan satu tarif yang sesuka hati, karena itu justru akan jadi bumerang," kata Budi Karya.
(dna/dna)