Jakarta - Berita Terpopuler detikFinance pekan ini adalah teka-teki bos baru PT PLN (Persero) akhirnya terjawab. Menteri BUMN Erick Thohir memilih Zulkifli Zaini.
Mantan Dirut Bank Mandiri ini diputuskan menjadi orang nomor satu di PLN dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Senin (23/1/2019). Zulfkili 'mengalahkan' mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang digadang-gadang sebagai calon kuat orang nomor satu di PLN
Selain Zulkifli Zaini, Erick Thohir juga menunjuk eks Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi sebagai Komisaris Utama PLN. Sebelumnya, dalam keterangan tertulisnya Erick Thohir menjelaskan penunjukan Zulkifli dan Amien menimbang rekam jejak kedua orang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baik Pak Amien maupun Pak Zulkifli memiliki rekam jejak yang sangat baik, siap berkeringat dan berakhlak. Sama dengan Dirut dan Komut BUMN lainnya. Saya akan intens bertemu secara reguler setiap bulan untuk memastikan berbagai rencana besar yang menjadi prioritas pemerintah," kata Erick.
Selain soal Zulkifli Zaini jadi bos baru PLN, berita terpopuler sepekan lainnya adalah tentang karut-marut kondisi BUMN asuransi PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Penasaran pengin tahu selengkapnya? Klik halaman selanjutnya:
Bukan Rudiantara, Ini Alasan Zulfkifli Zaini Ditunjuk Jadi Bos PLN
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) buka suara terkait Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang tidak jadi Direktur Utama PT PLN (Persero).
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, sejak awal dirinya tak pernah memberi kepastian Rudiantara menjadi Direktur Utama PLN. Dia bilang, Rudiantara satu dari tiga kandidat calon bos PLN yang diajukan ke Tim Penilai Akhir (TPA).
"Kan sejak awal kami tidak pernah mengatakan itu, kami mengatakan termasuk yang 3 nama itu," katanya di Kementerian BUMN Jakarta Pusat, Senin (23/12/2019).
Baca juga: Erick Thohir Akan Umumkan Dirut-Komut PLN Sore Nanti
Dia mengatakan, dipilih atau tidaknya Rudiantara tergantung kebutuhan PLN.
"Kalau soal dipilih tidak dipilih, soal kebutuhan ke depannya," tambahnya.
Dia melanjutkan, saat ini yang dibutuhkan PLN ialah sosok Zulkifli Zaini. Zulkifli merupakan sosok yang jago di bidang keuangan.
Baca juga: Ada Zulkifli Zaini hingga Amien, Ini Susunan Pejabat Baru PLN
Menurutnya, hal itu sesuai dengan kebutuhan PLN yang ke depan lebih fokus pada jaringan distribusi.
"Pak Zul ahli di keuangan, kebutuhan sekarang PLN sekarang, karena dia akan ekspansi memperkuat distribusi artinya cashflow harus kuat juga, makanya nggak fokus ke powerplan jadi ke sana larinya. Dan menurunkan biaya listrik," tutupnya.
Selain soal bos baru PLN, berita terpopuler lainnya tentang carut marut kondisi Jiwasraya. Klik halaman selanjutnya:
Gagal Bayar hingga dugaan korupsi di Jiwasraya
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga merespons pernyataan direksi lama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang menyatakan Jiwasraya tak pernah gagal bayar. Tanpa menyebut siapa direksi tersebut, Arya menilai pembayaran tagihan yang dilakukan manajemen lama seperti halnya skema ponzi.
Maksudnya, tagihan yang dibayar berasal dari uang nasabah selanjutnya. Harusnya, pembayaran itu berasal investasi yang dilakukan.
"Jadi kita pengin kembali lagi, ini kan kaya skema ponzi, jadi sekalian juga membantah direksi lama. Pertama dia bilang bisa bayar tagihan setiap tahun, ya iya dia bayar tagihan dari uang orang itu," katanya di Kementerian BUMN Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019).
"Ketika muncul tagihan puncak, sudah nggak bisa lagi, dia nggak boleh bohong," tambahnya.
Yang menarik perhatiannya lagi ialah pernyataan manajemen lama yang lebih memilih saham bukan blue chip atau saham unggulan.
"Kedua ini lebih lucu lagi, dia nanam saham di saham-saham nggak bisa yang bagus, karena dikit kalau saham bagus. Kenapa dia nggak beli saham blue chip kan kalau beli saham blue chip lebih sedikit dia beli, berarti dia mengakui beli saham yang gorengan," paparnya.
Berdasarkan sumber detikcom, ada sejumlah saham gorengan yang membuat Jiwasraya merugi. Saham-saham gorengan yang dimiliki Jiwasraya kini telah menjadi aset dasar (underlying) investasi reksa dana alias tidak investasi saham langsung.
Beberapa saham itu di antaranya PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP), PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), PT Pool Advista Finance Tbk (POLA) dan PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM).
"Ada 107 saham dalam underlying," jelas sumber detikcom.
Sementara itu terkait kasus dugaan korupsi, Kejaksaan Agung (Kejagung) memastikan adanya praktik korupsi di perusahaan BUMN PT Jiwasraya. Kejaksaan menaksir kerugian negara akibat korupsi tersebut mencapai Rp 13,7 triliun.
"Sebagai akibat transaksi tersebut, PT asuransi Jiwasraya (Persero) sampai Agustus 2019 menanggung potensi kerugian negara sebesar Rp 13,7 triliun. Hal ini merupakan perkiraan awal. Jadi Rp 13,7 triliun hanya perkiraan awal dan diduga ini akan lebih dari itu," ucap Jaksa Agung ST Burhanuddin saat jumpa pers di Kejagung, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2019).
Simak Video "PLN Startup Day 2025: Jembatan Startup Wujudkan Energi Masa Depan"
[Gambas:Video 20detik]