"Operasi siaga tempur ini wajib dilakukan, karena China sendiri mengklaim daerah yang dilalui kapalnya di Natuna sebagai daerah teritorinya sendiri. Argumen mereka adalah sembilan garis putus-putus (Nine Dash Line)," kata Pemerhati Politik dan intelijen dari Generasi Optimis (GO) Indonesia, Tigor Mulo Horas Sinaga dalam keterangan tertulis, Senin (06/01/2020).
Horas mengatakan masuknya 30 kapal nelayan China ke laut Natuna yang dikawal 2 kapal Coast Guard dan 1 kapal pengawas perikanan China sangat jelas suatu pelanggaran batas wilayah ZEE Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mereka wajib menghormati pelaksanaan UNCLOS 1982," ujarnya.
Pada saat yang sama Horas mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap pihak-pihak tertentu yang ingin menggunakan situasi panas di laut Natuna untuk membangkitkan sentimen ras di tanah air.
"Apa yang terjadi di laut Natuna tidak perlu dipolitisir. Apa yang terjadi di laut tetaplah terjadi di laut, tak perlu dibawa ke darat," katanya.
Di kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pembina Generasi Optimis (GO) Indonesia, Mangasi Sihombing mengapresiasi langkah Panglima TNI dan KSAL yang taktis mengatasi potensi gangguan kedaulatan wilayah RI.
Secara khusus mantan diplomat senior untuk negara-negara Eropa Timur itu mendukung Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I TNI Laksamana Madya Yudo Margono yang sigap menggelar operasi dengan menurunkan dua unsur KRI untuk mengusir kapal ikan dan kapal coast guard China ke luar Laut Natuna.
"Kami mendukung TNI yang kini melakukan operasi gabungan di wilayah Natuna Utara dan yang akan menambah 4 KRI lagi. Kita optimis TNI dan rakyat Indonesia mampu atasi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang mengarah kepada Ibu Pertiwi," ujar Mangasi.
Simak Video "Video Prabowo Sebut Banyak Kekuatan Ingin Indonesia Terpecah Belah"
[Gambas:Video 20detik]