Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menjelaskan permasalahan pertama yang harus dibereskan adalah memenuhi ketercukupan jaringan pipa gas.
"Ada permasalahan krusial di industri gas yang harus diselesaikan ya. Nah menurut saya ada tiga masalah utama yang harus diselesaikan. Yang pertama adalah ketercukupan pipa gas ya," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (7/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan bahwa gas tidak bisa diangkat menggunakan moda transportasi, baik darat maupun udara sehingga harus didistribusikan menggunakan pipa. Namun dia menilai ketersediaan pipa gas belum mencukupi.
"Nah pembangunan pipa itu selama ini belum mencukupi dan PGN lah satu-satunya yang mau membangun tadi sehingga tidak cukup," sebutnya.
Masalah kedua adalah panjangnya rantai distribusi gas hingga sampai ke pelanggan, dalam hal ini pelaku industri yang membutuhkan gas. Itu juga berkontribusi menyebabkan harga menjadi mahal.
"Jadi ada beberapa trader non pipa yang dia ikut bermain di distribusi tadi dan dia dapat jatah gas, kemudian dia menjualnya juga ke PGN dan Pertagas yang punya pipa. Nah ini menjadi penyebab gitu ya," ujarnya.
Penyebab yang ketiga karena memang harga gas di hulu pada dasarnya sudah tinggi sehingga mau tidak mau harga di hilir akan mahal.
"Saya kira tanpa penyelesaian tiga masalah ini maka harga gas itu akan selalu mahal ya. Meskipun lima tahun yang lalu kan Jokowi sudah mengingatkan untuk turunkan (harga gas) tapi tidak mampu karena ketiga masalah itu belum diatasi," tambahnya.
(toy/ara)