Markas Produsen Aluminium Terbesar RI yang Direbut dari Jepang

Markas Produsen Aluminium Terbesar RI yang Direbut dari Jepang

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 20 Jan 2020 16:35 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir/detikcom
Kuala Tanjung - Di sebelah ujung timur laut Danau Toba, terdapat sebuah 'markas' produsen aluminium terbesar yang ada di Indonesia. Tempat tersebut merupakan asal muasal berbagai produk aluminium Indonesia yang dimiliki oleh PT Indonesia Asahan Aluminium atau biasa dikenal dengan sebutan Inalum.

Bertolak sekitar dua jam dari Bandara Kualanamu, detikcom, Senin (20/1/2020) berkesempatan mengintip langsung proses pembuatan aluminium di markas Inalum tersebut.

Inalum terhitung sebagai BUMN baru di Indonesia setelah ditasbihkan menjadi perusahaan milik negara pada November 2013 lalu. Sebelumnya, Inalum merupakan perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Jepang yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Negeri Sakura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berlokasi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, sebuah kawasan terintegrasi dengan luas sekitar 200 Ha beroperasi selama 1x24 jam untuk menghasilkan tiga produk aluminium. Tiga produk tersebut adalah aluminium ingot, aluminium foundry alloy, dan aluminium billet.

Aluminium ingot diproduksi dengan tiga tingkat kemurnian yang nantinya bisa dibentuk menjadi berbagai produk akhir seperti otopart dan kabel. Sedangkan aluminium foundry alloy dapat digunakan untuk menghasilkan velg, blok mesin kendaraan, rangka kendaraan, dan kebutuhan lainnya. Sementara aluminium billet dapat digunakan untuk menghasilkan badan gerbong kereta, rangka kendaraan, dan digunakan secara luas pada industri kabel dan konstruksi atap rumah.

Markas Produsen Aluminium Terbesar RI yang Direbut dari JepangFoto: Eduardo Simorangkir/detikcom

Produk-produk yang dihasilkan itu membantu Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor aluminium karena semakin banyaknya diversifikasi produk yang dihasilkan di dalam negeri. Meski untuk bahan baku pembentukan aluminiumnya sendiri, Inalum masih mengimpor dari berbagai negara seperti Australia, China, India, hingga Argentina.

Di markas besar Inalum tersebut, terdapat tiga pabrik pembentukan aluminium, yakni pabrik Anoda, pabrik reduksi, dan pabrik pencetakan. Pabrik-pabrik tersebut saling berkaitan untuk membentuk tiga produk aluminium tadi.


Pabrik Anoda digunakan sebagai tempat produksi anoda tangkai yang akan digunakan dalam proses reduksi, pabrik reduksi digunakan untuk mereduksi alumina (bahan baku aluminium) menjadi aluminium melalui proses elektrolisis Hall-Heroult, serta pabrik pencetakan yang digunakan untuk mencetak aluminium cair menjadi produk aluminium batangan, billet, dan alloy.


Di kawasan ini juga terdapat sistem pembersih gas yang berfungsi memproses gas fluoride yang akan direaksikan dengan alumina melalui dry scrubber system. Ada pula Pelabuhan Kuala Tanjung yang digunakan untuk arus keluar dan masuk barang ke pabrik maupun pengiriman produk ke Jakarta dan Surabaya.

Kawasan terintegrasi ini mengandalkan pasokan listrik dari dua stasiun pembangkit, yakni Siguragura dan Tangga. Pembangkit tersebut dihasilkan dari Bendungan Pengatir Siruar dan Bendungan Tangga yang memanfaatkan aliran air konstan dari Sungai Asahan.

Inalum memanfaatkan potensi air Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba menjadi energi dasar Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Siguragura dan Tangga dengan total kapasitas 603 MW.

Saat ini Inalum baru memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun aluminium dalam bentuk ingot, alloy, dan billet. Rencana tahap pertama, Inalum akan menambah kapasitas sebesar 30.000 ton per tahun dengan cara memodernisasi permesinan dan pembangkit listrik.


Simak Video "Trump Kenakan Tarif 25 Persen untuk Impor Baja-Aluminium dari Semua Negara"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads