Jakarta - Subhash Chandra merupakan pendiri salah satu perusahaan terbesar di dunia bernilai US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun (kurs Rp 14.000), Essel Group. Di India, ia dikenal dengan sebutan penguasa media karena menjadi pelopor stasiun televisi satelit swasta pertama, Zee TV.
Zee TV kini merupakan saluran televisi berlangganan terbesar dan paling populer di India, mengalahkan Sony Entertainment Television dan Star Plus. Zee TV juga memiliki beberapa stasiun televisi lokal dalam beberapa bahasa daerah yang sampai saat ini memiliki 32 juta pelanggan di India.
Tak hanya Zee TV, Chandra juga merajai banyak saluran televisi lainnya di bawah Zee Network. Bila ditotal, Zee Network sampai saat ini tercatat memiliki jumlah pelanggan setia hingga lebih dari 500 juta orang di 167 negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, siapa sangka, salah satu konglomerat dunia ini tak lulus dari bangku SMA. Keterbatasan pendidikan ini justru membuatnya bangkit untuk menemukan jenis bisnis apa yang tepat baginya hingga akhirnya sukses.
Kini, berdasarkan catatan Forbes di 2019, Chandra menempati urutan ke 916 orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 36,4 triliun (kurs Rp 14.000).
Perjalanan Chandra membangun kerajaan media di India tidak hanya dalam sekejap mata. Ia masuk ke industri itu pertama kalinya ketika mendirikan Zee TV pada 1992.
Keputusannya terjun ke industri televisi kabel rupanya tak keliru. Lewat Zee TV ternyata bisnis media Chandra terus berkembang. Penciuman bisnis Chandra yang tajam ini sudah terasah sedari ia masih muda.
Chandra lahir di Hissar, kota kecil di sebelah utara India, pada 30 November 1950. Dia terlahir dari keluarga pedagang beras ternama di India.
Sejak muda, dia memang sudah menaruh minat besar pada dunia bisnis. Namun, sebelum itu ia bercita-cita hendak menjadi seorang insinyur.
Akan tetapi, takdir berkehendak lain. Oleh karena keluarganya waktu itu salah langkah dalam mengembangkan bisnis mereka, akhirnya bisnis itu pun mengalami kerugian besar dan akhirnya terpaksa ditutup.
Hal itu membuat Chandra terpaksa dikeluarkan dari bangku sekolahnya, tepat saat ia sudah berada di kelas 12 atau kelas 3 SMA.
Chandra yang saat itu baru berusia 17 tahun, akhirnya langsung bertekad menjadi pebisnis tulen di perdagangan beras.
Naluri bisnis Chandra benar-benar terasah sewaktu mengurusi bisnis beras milik keluarganya itu. Dia berhasil mengembangkan bisnis beras tersebut sehingga bisa masuk ke dalam salah satu eksportir beras ternama di India.
Akan tetapi, ia tidak puas hanya berdagang beras. Chandra pun mulai mencoba-coba bisnis lain yang berpeluang mendatangkan untung lebih besar.
la pun menjajal peruntungan bisnis minyak sayur. Chandra kemudian membangun pabrik minyak sayur. Hanya dalam waktu singkat, minyak sayur buatan pabrik Chandra telah menguasai pasar. Dua tahun berdiri, omzet penjualan pabrik minyak sayur itu mencapai US$ 2,5 juta per tahun.
Cuan yang diperolehnya tersebut kemudian mengantarkannya pada jenis bisnis lainnya. Pada 1981, ia terjun ke bisnis kemasan. Chandra memperoleh ide bisnis kemasan itu setelah mendatangi pameran usaha pengemasan.
Tanpa pikir panjang Chandra mendirikan Essel Packaging Limited dan usahanya menjadi salah satu pionir bisnis pengepakan barang di India.
Essel Packaging makin menggurita setelah melakukan penggabungan usaha alias merger dengan perusahaan pengepakan asal Swiss bernama Propack AG.
Klik halaman berikutnya >>>
Pascamerger tersebut, perusahaan Chandra berganti nama menjadi Essel Propack Limited. Saat ini Essel Propack Limited merupakan salah satu perusahaan pengepakan terbesar di dunia dengan ekspansi yang tersebar di lebih dari 13 negara.
Menyusul keberhasilan Essel Packaging, Chandra kembali tergerak untuk mencicipi jenis usaha baru. Dia membeli 753 hektar tanah di Gorai, Mumbai, dan langsung membuat taman bermain dan taman rekreasi (theme park) terbesar di Asia bernama Essel World pada tahun 1989.
Kemudian, terinspirasi dari Doordarshan, saluran televisi milik pemerintah India, Chandra pun tergerak ingin meluncurkan saluran televisi satelit pribadinya pada tahun 1990.
Saat itu, sebenarnya ia berencana menyiarkan saluran TV Asing lewat satelit pribadinya, akan tetapi hukum negara tersebut masih mencekal penyiaran saluran asing di seluruh India.
Setelah menghadapi banyak batasan dan rintangan tanpa akhir dari pemerintah India, Chandra akhirnya, memutuskan untuk mengambil jalan lain.
Chandra mendekati CEO AsiaSat (Asia Satellite Telecommunications Co. Ltd.) Li Ka Shing untuk membangun satelit televis swasta pertama di India dengan pinjaman awal sebesar US$ 5 juta. Namun, ia mengalami penolakan bertubi-tubi.
Tak menyerah, untuk meyakinkan Li Ka Shing, Chandra menyewa helikopter dan membawanya ke Essel World dan ke pabrik pengemasannya sembari menjelaskan bahwa usaha miliknya itu sudah berurusan langsung dengan perusahaan FMCG besar dunia seperti Colgate, Lever dan P&G. Hal itu mengubah pikiran Li dan akhirnya sepakat menandatangani kesepakatan bersama Chandra.
Selain itu, untuk mendanai sisa proyek, ia mengumpulkan uang dari Sir James Goldsmith dan Kerry Packer yang berbasis di Hong Kong dan beberapa dana ventura lainnya.
Masalah lain yang Chandra hadapi adalah seputar izin dari pemerintah India yang rumit. Namun, Chandra tetap tak menyerah, berbagai upaya ia tempuh hingga akhirnya, dalam waktu kurang dari enam bulan, Zee TV menjadi perbincangan di seluruh kota India dan sekarang menjangkau hampir 12 juta rumah di seluruh negeri dan menjadi saluran hiburan 24 jam penuh di sana.
Lebih dari satu dekade, Zee TV telah menjadi salah satu saluran yang paling banyak dilihat di India dan sekarang juga sudah hadir di 167 negara dengan jumlah pelanggan hingga 500 juta orang.
Secara keseluruhan, Essel Group bernilai lebih dari $ 4 miliar yang memperkerjakan sekitar 10.000 karyawan. Gurita bisnis itu kini dikelola dan dijalankan oleh putra-putranya Chandra yang bernama Amit Goenka dan Punit Goenka.
Hari ini kelompok bisnis ini secara kolektif memiliki beragam portofolio saham dari berbagai perusahaan yang dipisahkan dalam berbagai sektor seperti Media, Teknologi, Hiburan, Pengemasan, Infrastruktur, Logam mulia, Pendidikan, dan banyak organisasi Amal lainnya.
Simak Video "Video: Nggak Takut! Aktor Ini Naik Air India Sebulan Setelah Tragedi Maut"
[Gambas:Video 20detik]