Pasar properti sektor gedung perkantoran di area Central Business District (CBD) Jakarta tengah mengalami tekanan.
Lembaga konsultan properti Savills Indonesia mencatat sepanjang 2019, total pasokan ruang perkantoran di sana mencapai 6,6 juta m2.
Sementara penyerapan ruang kantor hanya sekitar 152 ribu m2. Maka dari itu ada tingkat kekosongan hingga 24,4% atau naik 0,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meningkatnya tingkat kekosongan perkantoran di Jakarta terjadi, karena pasokan pertumbuhan gedung perkantoran yang kian meningkat setiap tahunnya.
"Pasokan sekarang berlimpah, tahun 2019 itu saja ada 5 gedung yang baru selesai dibangun, atau ada tambahan ruang kantor baru sebanyak 262.000 m2," ujar Kepala Departemen Riset dan Konsultasi Savills Indonesia, Anton Sitorus dalam jumpa pers di Panin Tower, Jakarta, Rabu (26/7/2017).
Sedangkan tingkat permintaan, meskipun ada kenaikan namun tidak mampu mencapai pertumbuhan dari suplai tersebut.
"Jadi banyak tenant-tenant itu lebih memilih pindah ke gedung baru, dan meninggalkan gedung lama, sedangkan permintaan dari tenant baru tak banyak yang muncul," sambungnya.
Adapun ruang perkantoran grade premium menjadi yang paling banyak naik tingkat kekosongannya dibanding ruang kantor grade A, B dan C.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, tren kekosongan ini bakal kembali terjadi, bahkan meningkat dari sebelumnya seiring dengan pasokan ruangan baru yang akan terus bertambah.
"Tadi kan saya bilang vacancy tidak akan lebih tinggi lagi, tapi dengan prediksi konservatif kami, bahwa vacancy di daerah CBD tahun ini masih berkisar di atas 25%, tapi setelah itu harusnya trennya itu sudah mulai menurun ya," ungkapnya.
Hingga 2023, jumlah ruang perkantoran akan terus bertambah hingga 1,2 juta m2.
(dna/dna)