Pergantian direksi dan komisaris PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dipercaya akan memberikan sentimen positif kepada pergerakan saham perusahaan. Pelaku pasar menyambut baik perombakan tersebut.
Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menilai para direksi dan komisaris Garuda yang baru bisa membawa perubahan positif terhadap bisnis perusahaan. Meskipun sebagian dari wajah baru tersebut tidak memiliki pengalaman di industri penerbangan.
"Ini kan sebenarnya kalau bisnis penerbangan direktur yang harus tahu tentang penerbangan adalah direktur teknis dan direktur operasional. Kalau direktur utama tentu harus orang yang tahu bisnis, jadi dia tahu perusahaan akan dibawa kemana. Lalu direktur keuangan harus yang jago keuangan. Jadi direktur Garuda itu nggak harus pilot atau yang mengerti tentang penerbangan," ujarnya kepada detikcom, Kamis (23/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda Indonesia kemarin menunjuk Irfan Setiaputra sebagai dirut perusahaan. Irfan menggantikan dirut sebelumnya Ari Askhara yang dicopot karena skandal penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Irfan sendiri yang merupakan lulusan Sarjana Teknik Informatika ITB ini miliki sederet pengalaman di bidang teknologi. Terakhir dia menjabat sebagai CEO Sigfox Indonesia, pengelola jaringan Internet of Things (IoT) sejak Februari 2019 lalu.
Meski tak memiliki pengalaman di bidang penerbangan sedikit pun, Hans menilai sosok Irfan cocok memimpin Garuda. Sebab industri penerbangan saat ini juga telah berkembang mengikuti teknologi.
"Kan saat ini persaingannya sudah berbeda, seperti Air Asia dia kan bisnisnya penerbangan, tapi dia juga jualan banyak macam. Dapat keuntungannya dari banyak hal. Nah ini yang diperlukan. Jadi kalau kita bilang positif di pasar," tuturnya.
"Karena kan pesawat nanti harus ada IT-nya ada entertainment, wifi, teknologi apalah di sana, penjualan tiketnya, banyak hal yang bisa dikembangkan lewat teknologi, karena saat ini sudah era teknologi," tambahnya.
Akan tetapi saham GIAA hari ini justru turun. Hingga akhir sesi satu saham GIAA tercatat turun 8 poin atau 1,82% dari penutupan kemarin ke level Rp 432.
Menurut Hans penurunan itu adalah hal yang wajar. Sebab sebelumnya saham GIAA sudah menguat dan saat ini industri penerbangan sedang didera isu negatif terkait munculnya virus corona dari China.
"Kemarin kan sudah naik dan kita lihat ada masalah virus. Masalah itu kan menghantam banyak industri, seperti maskapai, hotel, pariwisata, semua turun. Virus itu kan sudah masuk ke Bali, dan itu memang biasanya membuat industri penerbangan turun," tutupnya.
(das/fdl)