Sistem transaksi Multi Lane Free Flow (MLFF) segera diterapkan di Indonesia. Setelah elektronifikasi jalan tol dengan uang elektronik, sistem MLFF akan digunakan untuk transaksi pembayaran di jalan tol.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pada April nanti lelang badan usaha pelaksana (BUP) sistem ini akan dilakukan. Proses lelang sendiri akan memakan waktu enam bulan sebelum akhirnya ditetapkan pemenang tender BUP.
"Kalau dokumennya dilengkapi bulan ini, sambil kita merevisi beberapa regulasi, rencananya April kita akan mulai tender. Setelah enam bulan mungkin sudah ada pemenangnya, jadi kontraknya bisa diteken tahun ini," katanya saat ditemui di Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Perumusan Kebijakan dan Evaluasi, Ditjen Pembiayaan Infrastruktur PUPR Herry TZ mengatakan, teknologi yang akan digunakan nanti adalah Global Navigation Satellite System (GNSS). Namun sebelum menggunakan teknologi tersebut, bakal ada transisi penggunaan dari uang elektronik ke Radio Frequency Identification (RFID) terlebih dahulu. Waktu transisi tersebut juga digunakan untuk meregistrasi kendaraan yang akan terdaftar dalam sistem GNSS.
"Kalau sekarang kan tinggal tempel uang elektronik, kalau yang nanti semua harus diregister. Sehingga di tahap awal, usulannya nanti pakai RFID dulu untuk meregister. Nanti setelah semua 100% diregister, baru pindah ke GNSS," kata Herry.
Herry bilang masa transisi kemungkinan akan memakan waktu setahun. Jika transisi bisa dimulai pada 2021, maka kemungkinan penggunaan GNSS sudah bisa dimulai 2022.
"Kalau (pakai) satelit setahun setelah transisi pakai RFID," jelasnya.
GNSS sendiri merupakan sistem pembayaran yang menggunakan alat yang dipasang di mobil dan dibaca lewat satelit. Penerapan jalan berbayar ini tanpa perlu memasang infrastruktur seperti gantry atau juga gerbang tol yang rumit namun memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi, baik pada badan usaha maupun pengguna.
Nantinya akan ada alat yang dipasang di mobil (OBU) yang menerima sinyal GNSS dari satelit secara berkala untuk jadi bahan perhitungan posisinya dan disimpan sebagai CDR (Charges Data Record). Data ini kemudian akan dikirimkan ke perangkat TSP (Toll Service Provider) melalui jaringan wireless (GPRS, umts, dsb) untuk memverifikasi jalur tol yang digunakan dan menghitung tarif yang akan dibebankan ke pengguna.
"Mereka (Roatex) mengusulkan yang namanya IOBU, semacam elektronik OBU yang lebih murah. Bentuknya seperti alat penangkap sinyal di mobil," kata Herry.
(eds/ara)