Di Depan Nasabah BTN, Wamenkeu: Ekonomi RI Oke

Di Depan Nasabah BTN, Wamenkeu: Ekonomi RI Oke

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 03 Feb 2020 21:49 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara
Wamenkeu Suahasil Nazara (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berada di level 5% tetap oke di bandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam G20. Ekonomi Indonesia berada di urutan kedua di bawah China.

Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembicara kunci pada acara Market Outlook 2020 di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan. Acara tersebut dihadiri para nasabah prioritas BTN.

Suahasil menyebut pertumbuhan negara-negara yang tergabung dalam G20 seperti Amerika Serikat (AS) hanya di kisaran 3%, China sebesar 6,1%, Singapura di level 0,1%, Jepang 1,7%, dan India turun ke level 4,5%.

"Indonesia flat 5,2% tahun, tahun ini 5,0-5,5%, itu pertumbuhan yang oke diantara G20, 20 negara besar, Indonesia itu kedua terbesar setelah China, biasanya ada India tapi melorot, 5% itu pertumbuhan yang cukup menumbuhkan rasa optimisme," kata Suahasil, Jakarta, Senin (3/2/2020).

Suahasil memgungkapkan perekonomian Indonesia bisa digenjot untuk lebih tumbuh dari level 5%. Hanya saja, konsekuensi yang didapat adalah melonjaknya angka impor baik sektor konsumsi, bahan baku, maupun barang modal. Sehingga kenaikan impor akan membuat neraca perdagangan semakin defisit.

"Masalahnya ekonomi kita kalau tumbuh cepat kita disergap sama impor, kalau ekonomi tumbuh cepat biasanya impor juga naik, ini karena ketergantungan impor pada konsumsi maupun bahan baku dan barang modal," jelasnya.

Permasalahan tersebut, dikatakan Suahasil bisa teratasi jika pemerintah bisa mendatangkan investasi langsung atau foreign direct investment (FDI). Namun, untuk mendatangkan hal tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan.

Biasanya para investor harus melihat banyak faktor, seperti kemudahan berusaha, kepastian hukum berusaha, hingga keamanan sistem perpolitikan di dalam negeri.

"Kalau mau cari FDI biasanya mikirnya panjang mengenai kemudahan berusaha, dia mencari kemudahan perizinan, dia mencari pasarnya ada, ini PR serius di sektor riil kita," ungkap dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Langkah BTN Hadapai Tantangan Ekonomi Global

Di kesempatan yang sama, Dirut BTN Pahala N Mansury mengatakan, tantangan ekonomi global memang tetap jadi hal yang perlu mendapat perhatian. Pihaknya pun akan menerapkan rencana bisnis yang lebih hati-hati pada tahun kabisat ini.

"Tahun ini kami memasang target konservatif pertumbuhan kredit di level 10%. Kami masih terus memantau perkembangan ekonomi global dan nasional, serta daya beli masyarakat pada 2020," kata Pahala dalam acara BTN Market Outlook 2020 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (3/2/2020).

Menurut Pahala, kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian ini juga belum mampu mendorong volume perdagangan global. Akibatnya, harga komoditas global belum terakselerasi. Padahal, banyak provinsi di Indonesia yang masih bergantung pada komoditas sebagai tumpuan ekonominya. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan pada kisaran 5%.

Oleh karenanya BTN memasang target yang lebih konservatif dan tetap menggarap bisnis perumahan. Perseroan, tambah dia, akan memaksimalkan penggarapan sektor perumahan di berbagai sentra ekonomi daerah di tanah air. Namun, tetap memerhatikan perkembangan di daerah itu, terutama yang terdampak penurunan harga komoditas.

Sektor perumahan, dipandang Pahala masih memiliki ruang gerak yang cukup luas di Indonesia. Sebab, gap antara kebutuhan rumah baru dengan kapasitas bangun para pengembang masih tinggi. Belum lagi, masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan di bawah MBR yang unbankable alias belum tersentuh sektor perbankan.

"Kontribusi sektor perumahan terhadap PDB Indonesia baru mencapai 3%, artinya masih besar peluang untuk mengakselerasi industri ini. Apalagi sektor ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang," jelasnya.

Dia menilai dukungan pemerintah seperti subsidi perumahan menjadi angin segar bagi industri properti tanah air. Tercatat, pemerintah sejak 2015 mendukung sektor perumahan melalui Program 1 Juta Rumah. Apalagi, rencana pengalihan subsidi energi ke perumahan subsidi dinilai akan dapat menaikkan jumlah unit terbangun.

Skenarionya, sebut Pahala, jika dana tambahan yang dikucurkan berkisar Rp1-Rp 25 triliun, maka unit terbangun bisa mencapai 8.000-200 ribu unit untuk program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Kemudian, untuk program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2PT) dapat menambah 20.000-260.000 unit.

Di samping itu, BTN juga tetap mengembangkan berbagai lini bisnis lainnya untuk mendukung bisnis utama perseroan. Pahala menyebutkan pihaknya terus meningkatkan fitur tabungan. Lini tabungan ditingkatkan juga untuk meningkatkan perolehan dana murah guna mendukung bisnis pembiayaan perumahan.

"Kami terus berinovasi mengembangkan produk tabungan hingga berbagai aplikasi transaksional untuk meningkatkan perolehan tabungan," ungkapnya.


Hide Ads