DPR Protes Bandara Komodo Dikelola Asing

DPR Protes Bandara Komodo Dikelola Asing

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 06 Feb 2020 08:00 WIB
bandara komodo di labuan bajo, ntt
Foto: Kementrian Perhubungan
Jakarta -

Komisi V DPR RI mempertanyakan keputusan pemerintah memberikan pengelolaan Bandara Komodo di Labuan Bajo kepada pihak swasta, bahkan perusahaan asing. Keputusan ini ditakutkan menimbulkan dampak negatif pada arus keluar masuk orang dan barang.

Anggota Komisi V DPR Daniel Muttaqien mengatakan bahwa bandara ini adalah pintu masuk menuju Indonesia. Untuk itu dia khawatir kalau dipegang pihak asing akan menimbulkan masalah.

"Saya fokus ke pengelolaannya, bahwa bandara itu pintu gerbang orang asing masuk ke negara kita. Saya perlu penjelasan dan kejelasan, apa yang didapatkan Indonesia dan adakah potensi negatif? Kalau pintu gerbang dikelola asing apakah tidak menimbulkan masalah nih," kata Daniel di ruang rapat Komisi V DPR, Jakarta, Rabu (5/2).

Pemerintah diketahui telah menetapkan konsorsium CAS yang terdiri dari PT Cardig Aero Service (CAS), Changi Airports International Pte Ltd (CAI), dan Changi Airports MENA Pte Ltd sebagai pemenang tender pengembangan proyek Bandara Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Atas penunjukan tersebut Daniel pun heran apakah Angkasa Pura I dan II sebagai perusahaan pelat merah sudah tak sanggup mengelola Bandara Komodo.

"Kami dengar bandara komodo jadi pioneer satu-satunya dikelola pihak ketiga dan asing lagi. Yang menang tender Changi. Apakah memang AP sudah tidak sanggup kelola Komodo," kata Daniel.

Anggota lainnya, Ahmad Syaikhu menyayangkan keputusan pengelolaan yang diberikan ke pihak asing. Dia khawatir hal ini bisa mengganggu stabilitas politik, hukum, dan HAM karena arus barang dan orang bisa tak terkendali.

"Bandar udara komodo sungguh sangat disayangkan. Bisa bikin arus barang dan orang nggak terkendali, dan bisa aja ganggu polhukam ini," ungkap Ahmad.

Ahmad mengatakan kalau bandara ini dikelola perusahaan nasional jelas akan menguntungkan bagi negara.

"Padahal, kalau itu dikelola negara dan perusahaan nasional ini akan menguntungkan untuk Indonesia. Peluang besar bagi kita ini sebenarnya," kata Ahmad.


Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan bahwa bandara yang bakal menunjang destinasi pariwisata prioritas ini tidak akan dikuasai asing. Menurut Budi, Bandara Komodo tak akan dikuasai asing.

Namun kecemasan anggota dewan dilihatnya sebagai kehati-hatian. Dia menjelaskan bahwa kepemilikan Bandara Komodo 51%-nya harus lokal.

"Lelang Bandara Komodo konotasi dikuasai asing itu sama sekali tidak benar. Saya hargai pendapat bapak ibu mengenai kehati-hatian. Kami akan hati-hati. Maka kami minta kepemilikan ini 51% lokal. Nyatanya 80% itu milik nasional dari Cardig, Changi cuma 20%," ungkap Budi Karya.

Kemudian operator bandaranya sendiri menurut Budi Karya akan diberikan kepada perusahaan lokal. Lalu navigasi udaranya pun tetap dilakukan oleh AirNav. Changi, menurut Budi Karya akan lebih banyak mengembangkan sisi land side mulai dari terminal dan gedung-gedung di bandara.

"Lalu operasionalnya BUBU-nya itu lokal. Air navigation itu akan tetap AirNav. Bea cukai tetap aktif dan terakhir imigrasi. Biasanya Changi lebih banyak mengelola yg berkaitan dengan landside atau di gedung. Jadi kalau air side dia nggak ikut," kata Budi Karya.

Paling penting menurutnya investasi yang didapatkan dari Changi. Budi Karya menyatakan bahwa dengan tambahan Rp 1 triliun investasi dari swasta saja bisa digunakan untuk tambahan modal pengembangan bandara di tempat lain.

"Yang terpenting adalah apa yang jadi dasar kita, satu tentu investasi. Jadi kalau kita dapat Rp 1 triliun dari swasta, saya pikir cukup lumayan untuk menambah supaya ruang yang dimiliki oleh APBN bisa membangun bandara-bandara di daerah lain," kata Budi.



Simak Video "Video: Wisatawan Tertahan di Bandara Komodo Imbas Erupsi Lewotobi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads