IMF Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi Global 0,2% Gara-gara Corona

IMF Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi Global 0,2% Gara-gara Corona

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 17 Feb 2020 10:22 WIB
FILE - In this Thursday, Jan. 23, 2020 file photo, Passengers wear protective face masks at the departure hall of the high speed train station in Hong Kong. Fear about the effects of a new virus found in China is spreading faster through financial markets around the world than the sickness itself. U.S. stocks fell to their biggest weekly loss since early October on worries that the new coronavirus could ultimately hurt travel and global economic growth. (AP Photo/Kin Cheung, File)
Foto: AP Photo/Kin Cheung, File
Jakarta -

Wabah virus Corona diproyeksi mengganggu pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Demikian diungkapkan oleh Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva dalam Global Women's Forum di Dubai.

"Mungkin ada pemotongan yang kami perkirakan berada dalam persentase 0,1-0,2%," katanya, dikutip dari Economic Times, Senin (17/2/2020).

Dia mengatakan dampak keseluruhan dari penyebaran penyakit yang telah membunuh lebih dari 1.600 orang ini tergantung pada seberapa cepat penyakit itu ditangani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menyarankan semua orang untuk tidak langsung mengambil kesimpulan prematur. Masih ada banyak ketidakpastian. Kami beroperasi dengan skenario, belum dengan proyeksi, tanya saya dalam 10 hari," kata Georgieva.

Sebelumnya pada World Economic Outlook Januari lalu, IMF telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 sebesar 0,1 poin persentase menjadi 3,3%.

ADVERTISEMENT

Georgieva mengatakan penilaian dampak penuh dari wabah Corona saat ini terlalu dini meski kini sektor-sektor seperti pariwisata dan transportasi telah nyata terdampak.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan karena kami belum cukup tahu apa sifat virus ini. Kami tidak tahu seberapa cepat China akan dapat menahannya. Kami juga tidak tahu apakah virus ini akan menyebar ke seluruh dunia, "katanya.

"Jika penyakit ini dapat ditangani dengan cepat, maka bisa ada penurunan tajam dan rebound yang sangat cepat," sambungnya.

Dibandingkan dengan dampak Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada tahun 2002, dia mengatakan ekonomi China hanya mencakup 8% dari ekonomi global. Tapi sekarang, angka itu sudah bertambah jadi 19%.

Hal ini tentu berpengaruh lebih besar pada pertumbuhan ekonomi global. Padahal perjanjian dagang tahap I antara AS dan China telah menjadi sentimen positif ekonomi global tahun ini.




(eds/ara)

Hide Ads